Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2019 Akhiri Perjuangan Sisa ORBA Merebut NKRI

16 November 2018   13:53 Diperbarui: 16 November 2018   15:44 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi para negarawan, para pakar dan ahli ilmu tata negara, para ahli hukum, para ahli sejarah, para ahli ilmu politik  hingga para ulama yang katanya sudah faham ilmu akhirat pun agaknya hanya asyik menikmati dunia pakar dan keahlian masing-masing.

Mereka agaknya terlalu menikmati sampai terlena atas indahnya dunia keyakinan keahlian masing-masing.  Apalagi dengan memperdebatkan di ruang-ruang kaca di forum-forum apa saja yang ditonton mata dunia.

Mereka seperti tidak peduli dan masa bodoh dengan bagaimana cara memperlakukan Pancasila sebagai dasar negara NKRI.

Pancasila bisa menghabisi khilafah

Menurut penulis. Hendaknya diketahui. Bahwa kebodohan memahami yang disebut dengan "kalimat tauhit," hanya bisa dihilangkan dengan memahami dan mengamalkan Pancasila.

FPI dan HTI pasti akan melepas sorban dan jubahnya bila tahu isi Pancasila.

Pancasila mengharuskan NKRI sebagai Negara Ketuhanan bukan sebagai negara agama--Islam.

Masyarakat beragama seluruh dunia hendaknya menyadari bahwa Islam menyerukan kepada mereka yang mengakui keberadaan Tuhan untuk tidak menyembahNYA.

Tidak ada Tuhan yang harus disembah manusia. Yang Ada hanya Tuhan yang Menjadikan Muhammad sebagai UtusanNYA.

Keberadaan Tuhan bukan harus dipecaya dan diyakini. Melainkan harus diimani. Dan siapa pun yang mengimani KeberadaannNYA hendaknya bertaqwa KepadaNYA.

Demikian. Terimakasih kepada yang telah membaca tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun