Tetapi tidak mampu memahami Pancasila merupakan kesalahan fatal dalam penyelenggaraan NKRI. Sehingga siapapun tidak pada tempatnya menjadi presiden RI. Kecuali dengan "merebutnya."
Seorang Presiden yang tidak memahami Pancasila sangat bisa merusak jiwa penganut ORBA. Dan bisa merusak jiwa para kroni Pak Harto sendiri.
Karena Pak Harto tidak memahami Pancasila maka rusaklah jiwa Prabowo sebagai sang menantu. Padahal Prabowo boleh dibilang satu-satunya orang terdekat Pak Harto yang seorang jenderal.
Di NKRI. Seorang Presiden yang tidak memahami Pancasila bisa merusak jiwa aparat negara dan pemerintah. Dan sungguh sangat mengerikan bila sampai merusak jiwa dan akhlak para ulama.
Kecerdasan seorang Presiden yang tidak mampu sedikitpun menyerap sari-sari kebenaran murni Pancasila, menjadikan Pancasila cuma sekadar istilah yang gampang diucap, enak didengar dan indah digambarkan. Tetapi nihil makna yang menyenangkan untuk dipelajari, diajarkan dan diamalkan.
Pak Harto  hanya mampu mengarang P4.
Pada akhirnya. Menjelang akhir kekuasaanNYA Pak Harto menyadari bahwa dirinya sesungguhnya tidak faham dengan Pancasila. Untuk menutupi ketidakfahaman  Pak Harto tentang Pancasila sebagai dasar negara, dikaranglah buku "Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila" yang dikenal sebagai "Pe-empat."
Menurut penulis. Isi P4 Pak Harto sangat menyesatkan. Parahnya lagi UUD'45 hasil amandemen dinodai pula dengan memasukkan P4 Pak Harto.
Tanpa diduga dan diperhitungkan sebelumnya, gencarnya penataran P4 yang luar biasa, bisa jadi justru yang mendorong kekuatan jengkel, kesal dan marah penghuni kampus-kampus meletuskan Reformasi 1998 yang menuliskan sejarah dengan tinta emas kampus-kampus perjuangan di Indonesia.Â
P-Empat "Perintah Pasti Pelaksanaan Pancasila."
Bangsa Indonesia dan dunia sebenarnya butuh P-Empat yang bermakna "Perintah Pasti Pelaksanaan Pancasila."