Tetapi manifesto politik pun tidak bisa menegah pertarungan ideologi---politik, di dalam negeri.
Pertarungan ideologi dan perpecahan di kalangan militer
Parpol yang berlatar belakang nasionalisme, agama dan komunis makin bersaing unjuk kekuatan dan berebut pengaruh terhadap Bung Karno, terhadap rakyat dan terhadap kalangan militer.
Dan bisa dipastikan bahwa di kalangan militer pun terjadi perpecahan. Terutama di kalangan angkatan darat.
Di kalangan militer ada kelompok perwira yang kawatir dengan kekuatan PKI; ada yang merasa agak "dijauhi" Bung Karno; ada yang pro Bung Karno atau soekarnois; ada yang pro PKI; ada yang pro DI-TII dan ada pula yang berniat menjatuhkan Bung Karno.
Maka tak bisa dicegah siapapun. Meletuslah peristiwa Pengkhianatan G30S pada 1965, yang membawa kejatuhan Bung Karno dan mengantar kejayaan bagi Pak Harto.
Tumbal negara yang ber-Pancasila
Pak Harto memegang kekuasaan tidak membuat suasana politik membaik. Ketegangan politik berlangsung selama Pak Harto berkuasa. Stabilitas semu berhasil diwujudkan selama enam periode lebih masa jabatannya.
Demokrasi seperti terpimpin oleh otoriter. Semua parpol yang di MPR-RI dibawah kendali Pak Harto.
Kedamaian yang berisi ketakutan terjadi. Semua lembaga negara takut terhadap seorang Pak Harto. Siapa pun yang sekiranya membahayakan pemerintahannya pasti dihabisi. Atau paling tidak dilumpuhkan
Tidak terbilang sudah jutaan tubuh bangsa ini yang seperti terbantai sia-sia sebagai tumbal atau pupuk kemerdekaan Bangsa Indonesia.