Dengan Pancasila. Semua pihak yang sadar tentang arti kemerdekan bagi suatu bangsa berusaha sungguh-sungguh untuk mengarahkan kelompok-kelompok kaum beragama, kelompok sosialis-marxis, kelompok kebangsaan, kelompok kapitalis borjuis dan juga kelompok keraton atau kesultanan yang bertebaran di segala penjuru kawasan nusantara, untuk bersama-sama secara gotongroyong menyelenggarakan NKRI.
Jadi hendaknya selalu diingat dan sangat disadari dengan suguh-sungguh bahwa menyelenggarakan NKRI harus secara gotong royong oleh semua parpol.
Bukan menyelenggarakan negara dengan pertarungan antar parpol untuk saling mengalahkan. Atau dengan cara membentuk partai penguasa dan partai oposisi seperti demokrasi model Barat yang tidak cocok dengan Bangsa Indonesia yag bhinneka.
Pancasila masih membingungkan
Bernegara berasar Pancasila agaknya masih membingungkan untuk diwujudkan. Maka kisruh politik yang berkepanjangan tak bisa dihindari. Sampai hari ini.
Negara pernah mengalami masa kabinet yang jatuh bangun karena hanya ada untuk beberapa bulan saja. Sementara puluhan parpol yang ada terus ramai dengan ideologi yang membingungkan rakyat yang masih sangat awam---bodoh, memahami arti partai politik.
Bung Karno juga ikut bingung
 Bung Karno pun tampaknya ikut bingung dengan kondisi perpolitikan di dalam negeri.
Maka dengan tekad bulad dikeluarkanlah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Indonesia harus kembali memakai UUD 1945.
Selanjutnya Bung Karno membuat manifesto politik yang terkenal dengan USDEK. Yaitu pernyataan tegas bahwa Indonesia akan mewujudkan UUD'45, Sosialisme ala Indonesia, Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin.
Sementara itu Indonesia juga harus berjuang untuk merebut Irian Barat dari kekuasaan Belanda. Dan juga menghadapi pengaruh dahsyat Blok Barat dan Blok Timur yang sedang mengobarkan perang dingin.