Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak Ada Makar di NKRI, Adanya yang Khianat Terhadap Bangsa

11 Desember 2016   07:12 Diperbarui: 11 Desember 2016   07:24 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL.

Masalah agama yang membuat nista?

Dunia sedang menanti. Benarkah ada penistaan agama oleh Ahok?

Masalah agama senantiasa menjadi masalah besar dalam sejarah kehidupan manusia. Sejak kehadiran seorang nabi sebagai Rasul-Nya, bisa dikatakan bahwa manusia sudah mulai semakin repot oleh keberadaan agama.

Agama dihadirkan oleh para Rasul-Nya agar manusia bisa mengatasi segala permasalahan hidup yang berat dalam berperadaban. 

Tetapi realita kehidupan justru menunjukkan bahwa agama seperti selalu menimbulkan masalah serius yang berulang.  Walaupun yang dijadikan masalah seringkali tidak layak untuk jadi masalah namun bisa jadi masalah besar yang meluas ke masalah-masalah yang lain. 

 

Tuhan Menyampaikan perintah dalam bentuk ayat-ayat yang difirmankan para Rasul.

Hakikat semua ayat dalam semua kitab suci adalah perintah menyempurnakan semua masalah, kepada setiap pribadi manusia sebagai satu-satunya mahluk yang maha sempurna. Masalah utama setiap pribadi dalam kehidupan bersama adalah menegakkan keadilan. Mulai dengan menegakkan keadilan di dalam dirinya sendiri.

Naluri berkeadilan atau menegakkan keadilan sudah ada dalam diri setiap individu sejak dalam rahim. Artinya naluri beragama sudah lengkap ada pada diri setiap orang. 

 

Pergolakan menuntut keadilan

Pergolakan yang terjadi dan terus membesar di seluruh dunia. Khususnya di negera-negara Arab, umumnya berawal dari ketidakmampuan pemerintah mewujudkan keadilan. 

Negara yang tidak mewujudkan keadilan sudah barang tentu sama artinya dengan mengabaikan atau menista agama.

Bahwa mereka yang beragama menuntut pemerintah menegakkan keadilan adalah memang yang seharusnya terjadi. Wajar.

Tetapi menuntut dengan menekan pemerintah untuk menegakkan keadilan yang tidak menghormati hukum; seperti tuntutan keras untuk menahan Ahok yang memang sudah dinyatakan sebagai tersangka. Jelas menunjukkan ada itikad jahat yang harus dilenyapkan dalam setiap pemerintahan—negara. Tuntutan demikian merusak tatanan sebuah negara hukum yang menegakkan keadilan.

Islam hijrahkan seluruh umat beragama yang masih asyik di alam berfikir yang gelap gelita ke dalam alam berfikir yang nyata terang benderang. Hijrah meninggalkan alam jahiliah yang bodoh dan keji—jahat, masuk ke dalam alam kehidupan yang mutlak menegakkan keadilan untuk menghormati dan memuliakan manusia.

Adil atau keadilan adalah sikap perilaku yang mengakui, menghargai, menghormati, menjaga dan melindungi hak orang lain dalam menjalani kehidupan bersama.

 

Umat beragama—seluruh agama, agaknya enggan meninggalkan alam berfikir yang gelap gelita. Bahkan anehnya. Ketika sudah melihat segalanya serba nyata dan terang benderang sesuai dengan yang disampaikan dalam Islam. Tidak sedikit di antara mereka yang sudah “berpengetahuan” justru dengan sengaja “menggelapkan” yang sudah terang benderang.

Di antara para ahli kitab. Sejak awalnya ternyata sudah ada yang sengaja “menggelapkan” yang sudah terang benderang. Perbuatan tersebut sungguh menyesatkan umat dalam kebodohan. Merekalah ulama yang masuk golongan kaum kafir.

 

Perang salib

Agama punya sejarah menggelar perang salib yang berlangsung selama kurang-lebih tiga abad. Siapa yang kalah dan siapa yang menang dalam perang tersebut? Jawabnya, tidak ada. 

Agama seperti bara yang  bisa terus membakar “semangat” perang yang tidak pernah padam. 

Selalu banyak jatuh korban perang karena agama tidak bisa dihindari oleh semua pihak yang yang bertikai. Naluri dan nafsu perang seperti tak mau hilang dari tubuh mahluk-mahluk yang beragama.

Sampai akhirnya mereka yang berperang Disadarkan-NYA dengan kitab suci masing-masing. Bahwa hidup bersama secara damai dalam perbedaan agama sangat disadari jauh lebih bermanfaat, indah dan menyenangkan dari pada selalu bermusuhan dan berperang yang mengerikan.

 

Jangan anggap kehidupan beragama di Indonesia adalah sama seperti di Timur Tengah dan Afrika. Di Indonesia tidak ada nafsu berperang seperti di negara-negara Arab. Yaitu menuntut keadilan.

Di Indonesia tidak pernah ada perang sejenis perang salib. Perang untuk bergantian saling menaklukkan.

Sejak masa silam jauh sebelum proklamasi. Perang yang ada di kawasan nusantara hanyalah perang pertarungan kekuasaan atau politik

Mungkin pertarungan kekuasaan atau politik yang mulai tercatat dalam sejarah, adalah zaman Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung. Selanjutnya apa yang dilakukan Ken Arok berlanjut sebagai penyakit kultur menurun pada zaman-zaman yang ada berikutnya. 

Sampai saat ini. Di NKRI pertarungan yang ada hanya pertarungan politik. 

Demi keunggulan pertarungan politik di pilkada 2017. Yang diperkirakan pasti akan sangat “menentukan”—berpengaruh, untuk sukses dalam pertarungan politik pada pemilu dan pilpres 2019. Maka takbir, istighfar, salat Jumat, salawat, istighosah, doa, zikir, tausiah, demo—aksi,212 Super Damai digelar di lapangan Monas.

Takbir, istighfar, salat Jumat, salawat,istighosah, doa, zikir, tausiah, demo—aksi, 212 Super Damai diikuti oleh seluruh umat di masjid-masjid di mana saja. Di seluruh Indonesia.

Apa pun sebutan ritual yang dipertontonkan dalam demo, faktanya merupakan pembesaran lanjutan demo 411.

Atas kegigihan polri dalam menegakkan hukum,  demo—aksi, 212 Super Damai bisa terselenggara dengan sukses. Mengagumkan dunia.

 

Fenomena demo 412 super damai

Penulis mencoba menebak dan membaca fenomena jutaan orang beriman yang datang berbondong-bondong dengan pakaian, jubah, jilbab, sorban atau pun tutup kepala serba putih, dari berbagai kota dan berkumpul di kawasan Monas dan sekitarnya. 

Mereka menuntut keadilan kepada Presiden Jokowi. Atas ucapan Ahok yang dituduh menista agama, ulama dan Quran. Yang mengucap Al Maidah 51 Ahok. Yang dituntut Presiden Jokowi? Rasanya kurang elok atau tidak pantas. Atau mengada-ada?

Ritual salat Jumat 2 Desember 2016. Presiden Jokowi hadir dan salat bersama orang-orang beriman yang menggelar demo salat di lapangan Monas. 

Kehadiran Presiden Jokowi jelas menyampaikan pesan yang pasti bahwa Presiden tetap bersama rakyat dan juga sedang sabar menunggu keadilan yang berproses untuk mengadili Ahok.

Presiden Jokowi juga menyatakan dengan tegas dan jelas tidak akan melakukan intervensi. Maka beliaupun mengisyaratkan agar tidak ada pihak-pihak lain yang mencoba intervensi.

Rakyat sebaiknya tidak usah membuang ongkos, bersusah payah meghabiskan tenaga datang ke Jakarta dan membuang waktu hanya untuk demo salat.

Keuntungan apa yang didapat dengan demo salat bersama yang demikian?  Jangan ada yang jawab bahwa keuntungan salat dalam aksi demo 212 super damai adalah “terserah Tuhan.” Sebab salat yang diterima Allah adalah salat mereka yang berserah diri—tanpa menuntut apapun maupun siapa pun.

Kalau mereka yang salat menuntut keadilan kepada Presiden Jokowi. ya silakan saja.  Tuhan  tak peduli, karena presiden pun termasuk golongan mereka yang berserah diri kepada Tuhan.

 

Namun di sana terlihat, pada sebagian dari luas Monas. Di antara zikir, takbir yang mengiringi lantunan doa dan pekik-pekik “gantung Ahok.” 

Hadir juga kelompok jamaah yang lain dan berbeda. Mereka terdengar nyata jelas dengan ratapan doa mohon “Bapak Basuki Tjahaya Purnama mendapatkan Hidayah” seperti yang dirindukan seluruh umat Islam. Sungguh mengharukan dan menyayat hati bagi yang mendengar dan ikut berdoa.

Doa itu sangat indah bagai doa seluruh isi alam semesta yang menyatu dengan harapan Tuhan, para Rasul dan doa para pahlawan yang sudah terbaring abadi di pangkuan ibu pertiwi. Doa memuliakan manusia sesuai Kehendak-NYA.

Banyak di antara mereka tanpa menyadari telah berderai air mata dibawah  Monumen Nasional. Mereka tanpa menyadari sedang didekap dan dipeluk oleh indahnya keimanan dalam berbangsa.

 

Makar, mengalihkan perhatian

Pada hari yang sama dengan doa 212 super damai. Tersiar berita yang tidak cukup mengejutkan apa lagi menghebohkan. Ada mereka yang ditangkap diduga merencanakan “makar.” Jakarta makin menarik untuk diperhatikan warga Jakarta. 

Mereka adalah: Ahmad Dhani, Eko, Adityawarman, Kivlan Zein, Rahmawati Soekarno Putri,Firza Huzen, Ratna Sarumpaet, Sri Bintang Pamungkas, Jamran, dan Rizal Kobar.Sederet nama yang selama ini terkesan memang sangat kritis terhadap pemerintah.

Pihak kepolisian mencium upaya—rencana, mereka memanfaatkan momen aksi 2 Desember untuk makar. 

Menurut polri rencana tersebut telah diselidiki aparat semenjak bulan November atau tiga minggu sebelum penangkapan.

 

Tetapi apa iya?  Rencana ada makar sangat diragukan banyak pihak. Karena makar adalah kejahatan luar biasa terhadap negara.

Saat ini. Makar—menggulingkan pemerintah yang sah melalui MPR,  adalah suatu tindakan yang hanya pantas dilakukan sekelompok orang yang sangat bodoh dan nekad. Kalau yang ditangkap ada yang mengaku beragama, pasti pengakauannya pun basa-basi. Mereka justru orang-orang kafir yang menunggang  agama. Orang yang beragama tidak akan pernah mau berbuat makar di NKRI.

Mereka benar-benar orang yang mau terus berpikir secara pintar, fasih omong apa saja tetapi tidak cerdik dan berbahaya. Mereka tidak peduli bahwa berbuat makar tidak mungkin bisa terjadi di NKRI.

Tetapi sangat mungkin mereka yang berniat makar hanya sengaja pancing perhatian publik dan pemerintah. Agar keberadaan mereka yang  “beda” diakui ada. Dan minta disikapi oleh siapa saja yang sangat peduli dengan kejayaan NKRI. 

 

Kekuatan yang bisa “makar” di NKRI 

Kekuatan yang bisa berbuat makar di NKRI adalah kekuatan dahsyat luar biasa yang tidak berpihak kepada suatu kelompok manapun. Dan sama sekali tidak haus pada kekuasaan. Tidak takut terjangan peluru. Tidak takut penjara. Tidak takut mafia atau pun preman.

Kekuatan dahsyat itu hanya untuk melakukan makar—menggulingkan pemerintah. Selanjutnya terserah kepada pihak-pihak yang merasa ikut bertanggung jawab terhadap berlangsungnya pemerintahan di NKRI.

Kekuatan dahsyat itulah yang secara cerdik pernah diperalat Pak Harto untuk menjatuhkan Bung Karno. Dan kekuatan itu pula yang kemudian secara cerdas dan berani menjatuhkan Pak Harto yang berjimat super semar.

Kekuatan dahsyat yang bisa makar hanyalah kekuatan kaum kampus—mahasiswa. 

Sepanjang masa, semua pihak yang berpolitik harus hati-hati menghadapi kaum mahasiswa. 

Mahasiswa adalah elemen bangsa sebagai pemilik negara yang bertanggung jawab. Mereka tidak bisa diprovokasi oleh siapa pun. Mereka lebih faham politik dari pada elit partai atau bos besar parpol sekali pun. 

Kaum mahasiswa tidak ikut terlibat dalam politik praktis. Dalam berpolitik mereka seperti hanya punya kepentingan jika memang dipandang sangat perlu harus makar—menggulingkan pemerintah.

Tidak ada pihak manapun yang akan mampu melakukan “makar” di NKRI. Selain mahasiswa.

 

Bangsa Indonesia tidak perlu takutada makar

Aparat penegak hukum dan TNI tidak perlu takut dengan kekuatan-kekuatan yang mengaku bisa menjatuhkan pemerintah. 

TNI tidak perlu kawatir dengan kekuatan ulama-ulama yang mengaku punya ormas-ormas dan mempunyai fatwa serbaguna.

Ulama-ulamapun tak kan sanggup berbuat makar. Karena ulama lebih senang memecah belah umat dalam mahzab-mahzab.

Ulama-ulama Indonesia terpecah dan terbelenggu dengan mahzab, tafsir dan kebodohan memahami kebenaran ajaran agamanya sendiri. Dan yang lebih parah, ulama-ulama yang mengaku dirinya ulama. Mereka banyak yang menjual “fatwa” dan “ayat-ayat” dalam nominal-nominal gelap.

Tidak ada ulama yang peduli dengan kebenaran yang diamanahkan Pancasila. Mereka menerima Pancasila hanya karena sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Mereka cuma bisa ikut omong menyebut Pancasila.

 

Makar di NKRI tidak bisa dilakukan dengan koalisi partai politik. Karena koalisi rawan dengan kepentingan golongan sendiri dan pengkhianatan.

TNI adalah prajurit Sapta marga. Jadi tidak akan pernah melakukan makar. Apa lagi polri sebagai bhayangkara negara.

 

Waspadai gerakan-gerakan bersenjata SARA 

Sampai kapan pun ancaman makar di NKRI tidak ada. Juga ancaman sparatisme akan semakin hilang. 

Yang perlu diwaspadai adalah gerakan-gerakan bersenjatakan isu SARA untuk merusak bhinneka tunggal ika, sampai menghancurkan NKRI.  

Gerakan-gerakan ini terpaksa bereaksi karena terancam oleh kebijakan pemerintah yang berusaha menghadirkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mereka gerilya politik dan secara terselubung “memproklamasikan” negara lain dengani pemerintahan yang ikut numpang—membayangi atau merongrong, berkuasa. Seperti halnya pernah ada Negara Islam Indonesia, Darul Islam, PRRI, PERMESTA, TII dan Gafatar yang tetap mengkibarkan merah putih di wilayah NKRI.

Yang berpotensi mengadakan pemerintahan bayangan adalah partai politik. Dan yang sangat berbahaya jika ada parpol yang dikuasai kelompok rahasia yang disebut “kaum mafia”—nekolim.

 

Membela Islam 

Saat ini. Membela Islam yang sebenarnya tidak bisa hanya dilihat dengan ratusan juta pasang mata telanjang. Tetapi harus juga bisa dilihat dari sudut pandang matahati mereka yang beriman kepada kebenaran mutlak yang hakiki dalam realita.

“Kebenaran Mutlak” pasti menghormati, menghargai, mengakui, melindungi dan menjaga “hak setiap warga negara” menyampaikan kebenaran. 

Dengan kata lain “Kebenaran Mutlak” menghormati etika bernegara yang disebut demokrasi. 

Demokrasi. Sama sekali bukan berarti boleh bebas menyampaikan fitnah, hujatan, penghinaan dan tuduhan yang mengada-ada di depan umum. Demokrasi pasti mengharamkan sikap memaksakan kehendak.

 Kepada siapa pun. Tuhan yang Maha Esa saja tidak pernah memaksakan Kehendak-NYA. Tetapi kesempurnaan manusia yang bertuhan, mau tidak mau harus ikhlas terpaksa menerima setiap Kehendak-NYA. 

Demikian. Salam bahagia dan damai sejahtera bagi yang sempat membaca tulisan ini. Terimakasih

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun