Kalau Agus yang melanjutkan kerja Ahok, warga Jakarta akan pesta pora dengan be-el-te Esbeye versi AHY
Apakah adil tuntutan demo 212 Super Damai?
Jangan bertanya tentang tuntutan itu adil atau tidak adil. Keadilan, manfaat dan apa wujud keadilan yang dikehendaki, mungkin sedang akan dicarikan tempatnya di sudut-sudut yang mungkin bisa dibuat. Demo 212 sarat berbagai kepentingan yang macam-macam.
Agaknya yang tetap dicoba adalah memaksakan agar aturan hukum yang berlaku, kalau bisa untuk sementara dianggap tak diperlukan lagi. Cukup biarkan iklim pemerintahan terbawa oleh riuh ributnya mahluk-mahluk berkedok yang “menista” agama dan orang-orang sewarna tetapi anti Ahok. Artinya, mau bikin keos sementara dengan isu SARA (?). Demi hanya kepentingan sementara pihak untuk sementara saja.
Demokrasi dan agama
“Akidah” Islam sering disalahgunakan. Bisa dipakai sebagai “atribut” demo. Karena Islam tidak pernah mengajarkan demo sebagai tradisi hidup beragama dan bernegara.
Islam mengajarkan hidup bersama dengan pimpinan seorang pemimpin yang dipilih dari antara mereka untuk taat kepada aturan pokok yang sudah diketahui dan disepakati bersama.
Surat Al Maidah jelas memberi petunjuk universal cara memilih pemimpin yang benar. Bagi seluruh umat manusia. Dari segala bangsa. Dari semua negara. Dengan berbagai agama.
Kalau toh negara-negara di Timur Tengah—asal semua agama, senantiasa bergejolak. Yang demikian sama sekali bukan karena ajaran agama yang dianut belum benar. Melainkan karena kebodohan pemeluknya dalam memahami ajaran agama.
Agama membawa kecerdasan bagi pemeluknya untuk mampu memanfaatkan dengan sempurna segala pemikiran yang benar dari barat sekali pun.
Banyak pemikiran barat yang melahirkan konsep-konsep teruji kebenaran dan manfaatnya untuk kehidupan bernegara. Misalnya tentang demokrasi.