Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Kebahagiaan Integral

25 Januari 2025   09:34 Diperbarui: 25 Januari 2025   09:34 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hedonisme memandang kebahagiaan sebagai akumulasi kenikmatan dan penghindaran rasa sakit. Dalam pandangan ini, kebahagiaan bersifat eksternal dan langsung, diukur melalui pencapaian kesenangan fisik dan emosional. Meski menawarkan daya tarik universal, pendekatan ini sering dikritik karena sifatnya yang dangkal dan rentan terhadap paradoks hedonistik, di mana pencarian kebahagiaan justru menghasilkan ketidakpuasan.

Eudaimonia (Aristotelian)

Aristoteles mendefinisikan kebahagiaan sebagai eudaimonia, yakni kehidupan yang baik melalui aktualisasi diri dan pencapaian kebajikan. Dalam kerangka ini, kebahagiaan tidak hanya berupa kenikmatan, tetapi juga keterlibatan aktif dalam tindakan-tindakan yang bermakna dan selaras dengan potensi individu. Namun, pendekatan ini sering dianggap terlalu idealis dan mengabaikan tantangan struktural yang dapat menghambat aktualisasi diri seseorang.

Stoikisme

Stoikisme mendefinisikan kebahagiaan sebagai hasil dari pengendalian diri, penerimaan takdir, dan hidup selaras dengan alam semesta. Filsafat ini menekankan ketenangan batin melalui pelepasan keinginan dan pengendalian emosi. Meski relevan dalam menghadapi kesulitan hidup, pandangan ini dapat dianggap terlalu pasif, terutama dalam menghadapi ketidakadilan sosial atau situasi yang membutuhkan tindakan aktif.

Buddhisme

Dalam Buddhisme, kebahagiaan adalah kebebasan dari dukkha (penderitaan) yang dicapai melalui pencerahan. Jalan ini melibatkan penerimaan realitas, pelepasan keterikatan, dan latihan meditasi. Fokus pada penerimaan dan ketenangan batin menjadikannya relevan dalam menghadapi tantangan emosional, tetapi pendekatan ini dapat dirasa kurang konkret bagi individu yang mencari panduan praktis dalam kehidupan duniawi.

Islam

Islam memandang kebahagiaan sebagai kebersyukuran (syukur) dan ketaatan kepada Allah, yang menciptakan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kebahagiaan dipahami sebagai hasil dari hubungan harmonis antara individu, komunitas, dan Tuhan. Meski menawarkan kerangka holistik, implementasi praktisnya sering kali terhambat oleh interpretasi yang terbatas dalam berbagai konteks sosial.

Kritik terhadap Panduan Klasik

Meskipun setiap tradisi memiliki kekuatan masing-masing, panduan klasik menghadapi beberapa keterbatasan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun