Hedonisme memandang kebahagiaan sebagai akumulasi kenikmatan dan penghindaran rasa sakit. Dalam pandangan ini, kebahagiaan bersifat eksternal dan langsung, diukur melalui pencapaian kesenangan fisik dan emosional. Meski menawarkan daya tarik universal, pendekatan ini sering dikritik karena sifatnya yang dangkal dan rentan terhadap paradoks hedonistik, di mana pencarian kebahagiaan justru menghasilkan ketidakpuasan.
Eudaimonia (Aristotelian)
Aristoteles mendefinisikan kebahagiaan sebagai eudaimonia, yakni kehidupan yang baik melalui aktualisasi diri dan pencapaian kebajikan. Dalam kerangka ini, kebahagiaan tidak hanya berupa kenikmatan, tetapi juga keterlibatan aktif dalam tindakan-tindakan yang bermakna dan selaras dengan potensi individu. Namun, pendekatan ini sering dianggap terlalu idealis dan mengabaikan tantangan struktural yang dapat menghambat aktualisasi diri seseorang.
Stoikisme
Stoikisme mendefinisikan kebahagiaan sebagai hasil dari pengendalian diri, penerimaan takdir, dan hidup selaras dengan alam semesta. Filsafat ini menekankan ketenangan batin melalui pelepasan keinginan dan pengendalian emosi. Meski relevan dalam menghadapi kesulitan hidup, pandangan ini dapat dianggap terlalu pasif, terutama dalam menghadapi ketidakadilan sosial atau situasi yang membutuhkan tindakan aktif.
Buddhisme
Dalam Buddhisme, kebahagiaan adalah kebebasan dari dukkha (penderitaan) yang dicapai melalui pencerahan. Jalan ini melibatkan penerimaan realitas, pelepasan keterikatan, dan latihan meditasi. Fokus pada penerimaan dan ketenangan batin menjadikannya relevan dalam menghadapi tantangan emosional, tetapi pendekatan ini dapat dirasa kurang konkret bagi individu yang mencari panduan praktis dalam kehidupan duniawi.
Islam
Islam memandang kebahagiaan sebagai kebersyukuran (syukur) dan ketaatan kepada Allah, yang menciptakan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kebahagiaan dipahami sebagai hasil dari hubungan harmonis antara individu, komunitas, dan Tuhan. Meski menawarkan kerangka holistik, implementasi praktisnya sering kali terhambat oleh interpretasi yang terbatas dalam berbagai konteks sosial.
Kritik terhadap Panduan Klasik
Meskipun setiap tradisi memiliki kekuatan masing-masing, panduan klasik menghadapi beberapa keterbatasan: