Menurut laporan Cybersecurity Ventures, kerugian akibat serangan siber diperkirakan akan mencapai $10,5 triliun pada tahun 2025, menunjukkan betapa besar dampak dari ancaman siber. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan langkah preventif agar sistem yang digunakan tetap aman dan data terlindungi dengan baik.
Namun, tantangan ini bukan tanpa solusi. Untuk menghadapinya, perusahaan harus berinvestasi dalam teknologi keamanan canggih, seperti enkripsi data yang lebih kuat, teknologi blockchain, serta sistem deteksi ancaman berbasis AI yang dapat mengenali pola serangan lebih cepat daripada sistem tradisional. Selain itu, akuntan juga perlu dilatih dalam kesadaran dan mitigasi risiko siber, sehingga mereka dapat menjadi garda depan dalam menjaga integritas data perusahaan.
Contoh yang patut dicontoh adalah PwC yang telah mengimplementasikan sistem blockchain untuk transparansi dan keandalan data dalam akuntansi. Ini membantu mengurangi kemungkinan terjadinya manipulasi data atau kesalahan manusia dalam proses akuntansi. Keamanan ini tidak hanya melindungi data klien, tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap praktik akuntansi mereka.
2. Pendidikan dan Pelatihan Ulang untuk Akuntan Tradisional
Bagi banyak akuntan tradisional, perubahan teknologi ini dapat terasa menantang. Banyak dari mereka yang telah menghabiskan bertahun-tahun dalam praktik konvensional dan mungkin merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan tren baru yang mengharuskan mereka menguasai big data, AI, dan teknologi cloud. Namun, tantangan ini bisa menjadi batu loncatan untuk mereka mengasah keterampilan baru yang sangat dibutuhkan di pasar kerja modern.
Pendidikan dan pelatihan ulang menjadi kunci utama dalam menghadapi transisi ini. Program sertifikasi dalam analitik data, penggunaan sistem ERP berbasis AI, dan keterampilan keamanan siber akan menjadi nilai tambah besar bagi akuntan yang ingin tetap relevan. Banyak organisasi pendidikan, baik universitas maupun lembaga pelatihan profesional, kini telah menawarkan kursus dan pelatihan dalam bidang ini. Salah satu contoh sukses adalah Accenture, yang menawarkan program pelatihan internal bagi akuntannya untuk menguasai AI dan analitik data, memastikan mereka selalu siap menghadapi tantangan teknologi yang berkembang.
Di Indonesia, kita bisa melihat adanya program Akuntansi Digital yang diterapkan oleh beberapa universitas, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, yang memberikan pelatihan dan pengajaran tentang bagaimana menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam akuntansi. Program-program semacam ini adalah contoh nyata bahwa pendidikan terus bertransformasi untuk memenuhi tuntutan dunia digital, dan para akuntan yang mengikuti program tersebut akan siap menghadapi era AI dengan percaya diri.
Mengubah Tantangan Menjadi Peluang
Ketergantungan pada teknologi dan kebutuhan pelatihan ulang mungkin tampak sebagai hambatan, tetapi sebenarnya ini adalah peluang besar untuk memajukan profesi akuntansi. Dengan memahami dan menguasai teknologi terbaru, akuntan dapat menjadi lebih efisien dan lebih berdaya dalam mengambil keputusan yang berdampak strategis.
Jadi, meskipun tantangan ada, optimisme dan persiapan yang matang dapat membuat perjalanan ini lebih menyenangkan dan produktif. Sebagai contoh, para profesional akuntansi yang berinvestasi dalam pengembangan keterampilan teknologi tidak hanya akan tetap relevan, tetapi juga menjadi pemimpin dalam dunia akuntansi yang semakin digital dan berorientasi data. Akuntan yang siap menghadapi perubahan teknologi akan mengubah tantangan ini menjadi kesempatan untuk memberikan dampak yang lebih besar dalam dunia bisnis.
7. Kesimpulan: Akuntan Masa Depan