Semakin kompleks suatu spesies, memang kemampuan metabolismenya semakin sempurna dan semakin efisien, tingkat kecerdasan dan kesadarannya pun semakin tinggi, tapi kemampuan evolusinya semakin berkurang. Manusia, primata, mamalia, dan burung lebih rentan dan riskan terhadap perubahan ekosistem karena kemampuan evolusinya rendah, sedangkan tikus, kecoa, dan siput juga bakteri lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan lebih mudah berevolusi. Ini merupakan bukti bahwa nilai aggregat keunggulan dari setiap spesies dan individu adalah sama dan konstan. Biosfer pun mensyaratkan ambang batas tertinggi bagi entropi yang bekerja pada skala biologi.
Nilai Entropi Tertinggi ini berlaku pada tingkat individu, spesies, populasi, ekosistem, dan biosfer, dan merupakan batas menuju kematian dan kepunahan.
Spesifikasi Dasar
Nilai Entropi Tertinggi berdampingan dengan Nilai Spesifikasi Dasar.
Agar sinkron dan kompatibel dengan ekosistem demi kelangsungan hidupnya, suatu spesies harus memiliki spesifikasi dasar. Organ yang ada, kemampuan optimasi organ, dan fisiologi spesies itu harus sinkron dan kompatibel dengan lingkungan yang ada.
Ekosistem hutan menyarankan spesifikasi dasar yang berbeda dengan ekosistem padang rumput dan ekosistem gurun. Begitu juga ekosistem laut mensyaratkan spesifikasi dasar yang berbeda dengan ekosistem air tawar.
Migrasi spesies dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain harus memenuhi spesifikasi dasar yang ada pada kedua ekosistem. Peralihan ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tapi juga terpenuhinya syarat internal dan eksternal yang melibatkan gen peralihan, organ peralihan, optimasi organ, sistem organ peralihan, fisiologi peralihan, dan optimasi kecerdasan serta optimasi kesadaran, sebelum akhirnya muncul organisme peralihan.
Syarat Sinkron dan Kompatibel
Perilaku spesies dalam menggunakan organ, variasi dalam organ, dan optimasi fungsi organ (aspek morfologi dan anatomi) dipengaruhi variabel genom dan lingkungannya. Ini berarti evolusi bekerja dalam dua platform dasar yaitu genom dan habitat. Kesatuan aspek genom dan lingkungan ini sering disebut aspek fenotipe. Jadi, evolusi morfologi berkorelasi dan sinkron dengan evolusi fenotipe. Lebih lanjut keduanya pun harus sinkron dengan evolusi fisiologi yang diwakili dengan mekanisme metabolisme. Evolusi morfologi, evolusi fenotipe, dan evolusi fisiologi  akan memengaruhi dan harus sinkron dengan evolusi kecerdasan dan evolusi kesadaran. Struktur evolusi yang diperluas yang tampak pada aspek morfologi, fenotipe, fisiologi, kecerdasan, dan kesadaran suatu spesies atau individu akan memengaruhi spesies atau individu lainnya dalam ekosistem, juga bahkan keseluruhan ekosistem. Semua variabel tersebut yaitu evolusi morfologi, evolusi fenotipe, evolusi fisiologi, evolusi kecerdasan, evolusi kesadaran, evolusi rantai makanan, dan evolusi ekosistem harus bergerak dalam kecepatan yang sama sehingga seluruh anasir dalam ekosistem saling sinkron dan kompatibel. Dengan cara inilah kelestarian dan keberlangsungan hidup suatu organisme bertahan. Seleksi alam hanya bisa bekerja dalam sistem sinkron dan kompatibel seperti ini.
Semua itu pun masih dibatasi dan harus sinkron dengan entropi tertinggi yang berlaku dalam skala individu, spesies, populasi, ekosistem, dan biosfir. Jika batas entropi tertinggi itu dicapai, maka kematian, kepunahan, dan evolusi siklik akan terjadi. Selain itu kepunahan suatu spesies juga akan terjadi jika Nilai Spesifikasi Dasar tidak terpenuhi.
Evolusi tidak terjadi jika syarat sinkron dan kompatibel ini tidak dipenuhi. Tampak jelas bahwa evolusi adalah kesatuan narasi besar yang kompleks.