Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku dalam Perkara antara Aku dan Dirimu: Perjalanan dan Refleksi Diri

21 Juli 2023   20:12 Diperbarui: 21 Juli 2023   20:23 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau dipikir-pikir, kamu sepertinya tidak sebagus itu kan, Dana?"

Dana hanya mengangguk malu. Terkadang dirinya bisa lupa waktu; lupa daratan. Terkadang, ketika ibunya meminta sesuatu, Dana malah mengomel sendiri andaikata dia sedang sibuk berkutat dengan bukunya. Hal yang selalu dipertentangkan oleh ibunya. Hal yang juga membawa efek domino yang lebih buruk kepada Dana sendiri. Seringkali ibunya mengomel dan menuduh yang tidak-tidak kepada buku bacaan Dana. Kalaupun buku-buku itu dianggap bersih tanpa dosa, maka Danalah yang harus menerima semua pertanggungjawaban.

"Kamu hanya perlu mengontrol diri, Dana. Apa susahnya rehat sejenak dari buku? Apa buku-buku sains yang kamu baca itu sedemikian rumitnya sehingga harus menyita begitu banyak waktumu? Kalaupun iya, aku pikir tidaklah elok kamu masih berprinsip demikian kepada ibumu. 

Sebenarnya, kamu juga sama menyebabkannya kepada kami, teman-temanmu. Ketika kamu sibuk dengan bukumu, kamu meninggalkan kami. Seolah-olah kegiatan yang kami lakukan tidak ada manfaatnya di matamu. Yah, untung, kami ini teman-temanmu. Termasuk di dalamnya ada aku, dan beberapa sahabatmu. Kami masih bisa memaklumi itu. Tapi, ibumu? Sampai kapan kamu bisa berperang kecil dengan ibumu? Sayang sekali".

Dana terdiam. Dia memikirkan ucapan Mala dengan serius. Sulit baginya untuk bisa memberikan bantahan. Hal yang selama ini selalu ia lakukan, termasuk kepada ibunya. Bisa dikatakan, justru orang pertama yang bisa menundukkan dirinya adalah Mala, bukan ibunya. 

Dalam renungan singkat Dana, dia berpikir bahwa memang ada yang harus diubah dari dirinya. Mencintai buku dan rutin membacanya adalah satu hal. Tapi, dia akhirnya juga menyadari bahwa kehidupan dunia nyata tidak sepatutnya diabaikan. Saat ini, dia merasa bahwa hubungannya dengan teman-temannya sempat merenggang. Apalagi, dia juga sempat berkonflik dengan teman-teman sekelasnya beberapa minggu silam. Waktu itu, mereka berkonflik tentang sikap cuek Dana terhadap jadwal gotong royong bulanan kelas. Bagi Dana, dan seperti biasanya, menghadiri gotong royong bukanlah hal yang penting. Lebih baik pergi ke suatu tempat, lalu menjinakkan diri melalui bacaan. Bukan hal yang buruk, tapi tidak sepatutnya diutamakan jika sudah berhubungan dengan komitmen bersama. 

"Ah, kamu berpikir cukup lama. Aku bisa bertaruh, kamu juga berpikir cukup dalam. Hahaha, tidak masalah. Sesekali kita perlu waktu untuk memikirkan segalanya. 

Kenapa kamu tidak pulang dulu? Biasanya, sehabis Ashar ini, ibumu sering memintamu untuk berbelanja ke warung di simpang, kan? Kalau kamu ingin berubah, coba dari hal yang demikian dulu". 

"Hmm, ya sudahlah. Aku mengalah. Aku pamit. Oh, iya, sebelumnya, aku ingin kamu meminta satu hal". Begitulah Dana, selalu meminta satu hal dan biasanya akan meminta satu hal yang lain, sampai akhirnya dirinya batal pulang pada kesempatan tersebut. Akan tetapi, kali ini dirinya berusaha untuk berkomitmen. Dirinya akan pulang dan menawarkan diri untuk berbelanja ke pasar kepada ibunya. 

"Apa? Ah, kamu ini, seperti biasanya". 

"Jangan begitu. Satu saja. Apa yang mendorong kamu sampai akhirnya menyukai novel? Padahal, setahuku kamu masih ikut-ikutan denganku soal bahan bacaan". Pertanyaan Dana itu disambut dengan tawa ringan dari Mala. Gadis itu berpikir, bahwa Dana terlihat terlalu percaya diri kalau dirinya dulu hanya ikut-ikutan saja. Padahal, Mala pada saat itu masih belum punya tumpuan sendiri soal bahan bacaan. Sebelum, satu momen yang terkesan seperti deja vu terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun