Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Inner Sanctum (I), Cantika

20 Desember 2018   09:05 Diperbarui: 20 Desember 2018   09:11 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Insentif mengusir para kere?? Hal macam apa lagi itu?? Apa rencana licik Ibu juga ada kaitannya dengan insentif bodoh itu??

 "Maaf, Pak Mul. Tapi, insentif yang ada katakan tadi, maksudnya apa ya??" aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Hahaha, aku keceplosan, ya?? Tapi, memang itu lah yang sedang naik ke pemikiran para kaya kulot akhir-akhir ini. Tapi, mohon maaf, aku tidak bisa berkomentar lebih banyak. Karena memang hanya itu lah yang aku ketahui."

Praktis, aku tidak bisa berkata apa-apa. Apa itu benar?? Apa benar semua kalangan kere akan diusir dari daerah ini?? Untuk apa?? Pembersihan?? Apanya yang dibersihkan kalau begitu?? Benar sekali kata Pak Mul, kalau para pekerja keras itu diusir dari tempat ini, lalu, siapa yang akan menggarap sawah atau siapa yang akan menjaga para ternak??

***

"Bagaiamana masakannya, sayang?? Apa cukup lezat di lidahmu??" tanya ibuku. Aku tidak bisa menjawab saat itu juga. Baru satu cicipan yang aku rasakan. Ini adalah sebuah fakta, aku begitu telaten jika harus berurusan dengan rasa dari suatu makanan. Aku mencoba berkali-kali, dua cicip, tiga cicip dan empat cicip. Ibu menanti jawabanku dengan sabar. Para pembantu semakin berat nafas mereka. Mereka begitu takut, andaikata masakan mereka kurang lezat olehku, tentu konsekuensinya begitu berat. "Hmm, lumayan Ma. Setidaknya, ini cukup untuku mengisi kekosongan dari ahli dapur kita yang lama," tandasku.

Suka cita terlihat di ruangan itu, beberapa pembantu saling berpelukan, beberapa cukup saling berpegangan tangan, sedangkan sisanya cukup senyam-senyum saja. Dengan begini, berarti ini adalah suatu prosesi resmi diterimanya mereka sebagai pembantu tetap di rumah keluargaku. Karena, ya, memang begitulah peraturannya. Mundurnya ahli dapur yang lama, berarti para pembantu yang lain juga harus ikut mundur. Diterimanya masakan ahli dapur yang baru, berarti hal ini mengamankan posisi para pembantu yang tadinya hanya magang itu.

"Ibu, aku ingin menanyakan banyak hal sebenarnya. Terutama, di sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah, aku sering mendengar desas-desus. Sebagai anak yang baik, aku ingin Ibu sendiri yang akan memberi jawaban kepadaku." Aku berusaha berbicara dengan penuh tata krama. Kata-katanya pun juga aku usahakan merupakan pilihan kata paling lembut. Aku tidak ingin Ibu merasa tersinggung ataupun menjadi menaruh kecurigaan tidak perlu kepadaku. 

"Ya, sayang. Tapi, tentu kita akan membicarakannya malam nanti. Jadi, bersabarlah dulu ya." Jawab ibu. Aku tidak bisa berkata lebih. Jika memaksa, tentu upaya ku yang lembut ini akan gagal. Kecurigaan adalah hal yang paling mudah ibu berikan kepada orang lain, bahkan terhadap anggota keluarganya sendiri.

"Baik, Bu."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun