Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Inner Sanctum (I), Cantika

20 Desember 2018   09:05 Diperbarui: 20 Desember 2018   09:11 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

***

Tata ruang rumah Pak Mul tidak berubah sedari dulu. Ruang tamunya, bisa dikatakan, juga sekaligus berfungsi sebagai ruang belajar. Di samping kiri-kanan ruangan, terdapat banyak lemari buku yang memuat banyak sekali buku-buku kuno. Di lantai juga berserakan banyak kertas, entah itu bagian dari transkrip kuno atau memang murni tulisan dari Pak Mul. Tempat tidurnya juga berada di sudut kiri ruangan. Tidak ada dapur; kalau merasa lapar, Pak Mul biasa pergi mencari makanan keluar. Sementara kakusnya?? Kakus memiliki ruang tersendiri, jauh di belakang rumah.

"Ini, lihat!!! Aku berhasil menemukan beberapa kerang langka di sungai. Aneh sekali, padahal kerang ini sudah jelas-jelas terlihat langka. Namun, tidak banyak orang yang menyadarinya. Jumlah mereka juga melimpah, di sepanjang aliran pantai barat mudah ditemukan. Lihatlah, lihatlah!!!"

Hah!?? Sepanjang pantai barat?? Apa Pak Mul barusan dari tempat itu??

"Anu, apa bapak barusan dari pantai barat itu?? Ngapain pergi sejauh itu?? Dan, apa itu hanya demi beberapa buah kerang??" tanyaku penasaran.

"Kamu tentu belum paham apa yang suka saya kerjakan, Cantika. Kalau kamu tidak tertarik dengan kerang, tentu kamu lebih tertarik terhadap penyelesaian masalahmu. Coba ceritakan, apa yang sedang mengganjal di kepalamu!!"

Hmm, itu adalah sebuah ide yang sangat bagus. Daripada capek-capek memikirkan sekaligus memperdebatkan keberadaan beberapa butir kerang langka, lebih baik antara aku dan Pak Mul memikirkan ganjalan di pemikiranku saat sekarang ini.

"Aku hanya penasaran, mengapa anak-anak dari kalangan kere terlihat kotor dan kumuh begitu? Apa mereka tidak pernah mandi?? Atau, apa mereka pernah sekali menginjakkan kaki di ruang kelas?? Aku tidak pernah melihat mereka." Tanyaku. Pak Mul menarik nafas panjang. Mungkin dia risih?? Tapi, kelihatannya tidak. "Pertanyaan yang menarik. Aku akan mencoba menjawab. Maafkan kalau jawabannya jelek."

"Itu hanya ilusimu saja. Sebenarnya, tidak ada bedanya antara anak-anak dari kalangan kere dengan anak-anak dari kalangan kaya. Toh, kalian sama-sama manusia, kan??? Lalu, mengapa perlu mempermasalahkan hal yang tidak perlu dipermasalahkan?? Memang benar, anak-anak dari golongan kere lebih coklar kulitnya. Tentu saja demikian, mereka lebih sering terpapar mentari daripada anak-anak manja seperti kalian. Masalah sekolah, aku kurang tahu bagaimana persisnya. Tapi, tetap ada sekolah di kawasan kere. Hanya saja, mungkin, cara mereka berbeda daripada cara kita." Jelas Pak Mul panjang lebar.

Sejujurnya, aku banyak mengiyakan jawaban dari guruku tersebut. Tapi, "Pak Mul, apa hanya karena mereka kurang harta, terus lebih coklat dan tidak terlalu pintar membuat mereka diperlakukan layaknya budak belian??" tanyaku sekali lagi. Pak Mul kembali menjawab dengan tenang, "Tidak! Itu adalah penyataan kuno dari para tetua kalangan kaya yang kulot. 

Pemikiran sempit itu harus diubah. Bagaimanapun, kita tidak bisa dianggap sebagai golongan kaya tanpa keberadan dari golongan kere. Lagipula, semua bidang usaha yang kita geluti mengambil banyak tenaga kalangan kere. Jika ada insentif bodoh untuk mengusir kalangan kere dari tempat ini, itu benar-benar suatu ajuan yang sangat bodoh. Memangnya, apa para tuan tanah sudah cukup bertenaga untuk mengolah tanah yang keras itu selama setengah hari penuh??"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun