Mau tak mau aku harus jalani hari-hari tanpa Bara, lagian siapa aku. Hari-hari tanpa Bara tak beda jauh dengan hari-hari yang aku jalani setelah putus dari Aksa, semua serba nggak asik.
Saking kangennya sama Bara sampe aku sering ngehayalin dia dan nggak jarang ke bawa mimpi.
 Aku sering berhayal dia mengatakan cinta dan di setiap hayalanku jawabanku berbeda-beda begitupun dengan tingkahku, salting. Hal itu sering pula bikin aku tertawa sendiri. Aneh...!!!
Meski kangen aku berusaha tegar dan berusaha untuk tak memberi tahu teman-teman yang lain. Aku tak mau mengulang hidup seperti saat-saat setelah putus dari Aksa.Â
Aku masih penasaran dengan pesan Bara untuk menunggunya. Ternyata 1 bulan menunggu Bara benar menyiksa. Aku terus bertahan, berusaha berdiri tegak dan bersabar menunggu Bara.
Suatu hari aku jumpai Aksa di depan sekolahku. Aku kangen banget sama dia. Dalam pikirku, untuk apa dia ke sini? Mungkinkah dia ingin bertemu denganku?Â
Rupanya dia menjemput seorang cewek, yang nggak lain teman sekelasku, Ruby. Akupun bergegas menunjukkan diri kepada mereka.
"Eh, Ruby." Sapaku.
"Alana?" Respon Ruby bingung.
Aksa memalingkan muka, mencoba mengalihkan pandanganku. Mungkin dia pikir aku tak tahu bahwa itu diriya.Â
Aksa bergegas pergi bersama Ruby, dia mencoba menutupi wajahnya tapi sayangnya aku tahu siapa dirinya.