"Ehm..." Seruku.
"Ada apa ya, Na?" Tanya Ruby.
"Emm, dia siapa?" Tanyaku.
Ruby hanya diam dan seolah memberi isyarat kepada Aksa tentang sesuatu. Begitu pula Aksa, dia diam dan sibuk memalingkan muka.Â
Akupun memilih untuk diam juga dan seolah menahan mereka. Setiap mereka akan melangkah pergi aku menegurnya yang akhirnya Aksa membuka helmnya dan membentakku.
"Mau kamu apa sih? Nggak usah seperti ini dong! Ternyata kamu nggak berubah ya." Bentaknya.
"Maksud kamu?" Tanyaku sok polos, sejujurnya aku mangkel.
"Biarin kita pergi dari sini! Kamu nggak perlu bikin aku tertekan, apa lagi menekan Ruby!" Bentaknya lagi.
"Oh.." Jawabku.
"Kamu itu masa lalu. Masa lalu yang nggak banget untuk di kenang, terlalu menyakitkan. Kamu kan yang mau hal ini? Kamu toh yang memulai ini? Nggak nyangka, ternyata kamu nggak sepolos yang aku kira, naif. Harusnya kamu bisa lepasin aku dan relakan aku dengan Ruby, toh kamu sendirikan yang bilang kalau kamu nggak cinta sama aku. Terus pengorbananku untuk meraih cinta kamu itu bohong, sia-sia. Kamu cuma manfaatin aku, cuma pengen hartaku aja, cuma pengen numpang beken aja. Jahat ya..!!" Bentaknya.
Aku hanya bisa menangis dan membiarkan setiap pasang mata menontonku.