Wajahnya sama persis, physicly, senyumnya, tapi kenapa sekarang dia harus pake kaca mata yang bikin dia mirip banget sama Aksa.Â
Aku jadi rindu dengan kehadiran Aksa. Sepertinya kehadiran Bara kali ini yang membuatku merindukan Aksa dan malah membuatku ingin kembali kepada Bara.
"Hai!!! Alana, what happen?" sapa Bara lagi. Tanpa menunggu jawabanku dia menarikku untuk masuk kelas, ternyata bel masuk sudah berdering tapi aku tak mendengar.
Sesampainya di kelas, Bara malah duduk disampingku. Ingin rasanya aku meminta Bara untuk melepas kaca matanya tapi bagaimana mungkin aku dapat menyuruh orang terpopuler di sekolah hanya untuk kepentinganku pribadi.
Aku mencoba mengunci hati, melupakan semua tentang Bara dan Aksa. Ku lihat cewek-cewek kanan kiriku melipat muka, sepertinya mereka cemburu karena Bara duduk disampingku. Siapa sih yang nggak suka dengan cowok seperti Bara.Â
Cakep, pintar, baik, pokoknya perfectionist. Aku pun juga demikian, tapi kayaknya mimpi deh dia bisa suka sama aku. Berapa ribu cewek yang mesti aku kalahin. Ah.. menghayal.
Bel istirahat berdering, aku tak bergegas keluar kelas. Aku masih ingin memandangi wajah Bara yang sedang tertidur pulas dari tadi. Sayangnya, tiba-tiba Pak Gio memanggil Bara dan dengan terpaksa aku membangunkannya.Â
Ketika dia bangun dan bergegas meninggalkan kelas aku seolah tak ingin pisah, rasanya aku bakal kangen dia. Sepertinya berlebihan, tapi ini kenyataan.
Sepertinya kebersamaan di hari pertama kelas 2 SMA Bara telah berhasil mewarnai kanvasku yang sudah lama kusam.
 Entah kenapa dalam hatiku, ingin rasanya Yoga mewarnai kanvasku untuk selamanya.
Hari-hariku benar berwarna dengan kehadiran Bara. Nggak terasa 1 bulanpun berlalu, berarti 1 bulan pula kebersamaanku dengan Bara.