Isi bungkusan di tas plastik satu-persatu dikeluarkannya. Sebatang rokok kretek disulut. Diletakkannya batang rokok pada batu batas pinggir kuburan berlubang. Lantas kemenyan dan kembang telon ditaburkan.
Seketika bau kemenyan dan wangi bunga menguar melingkupi area kuburan. Seiring mantra terucap dari Ponimin, suara cicak mulai ramai terdengar di kejauhan. Angin berderu. Pepohonan bergoyang cukup kencang.
Dari lubang kuburan muncul asap putih tipis. Meliuk dan membentuk sesosok bayang putih. Semakin jelas mewujud perempuan bergaun merah.
"Kuntilanak Merah!"
Ponimin bergumam tak bergeming. Sedikitpun. Sedangkan Samuji segera beringsut. Tepat di belakang Ponimin.
"Siapa namamu?" Tanya Ponimin.
Sosok perempuan bergaun merah hanya diam. Lantas kepalanya bergerak kaku ke kanan dan ke kiri.
"Siapa namamu?"
Sekali lagi Ponimin bertanya. Sosok itu masih diam dan hanya menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ponimin segera berdiri.
"Ah, rupanya kau bermuka rata. Tak punya mata, mulut, dan hidung. Hanya sepasang telinga. Pantas tidak menjawab pertanyaanku!" Tegas Ponimin.
Samuji mulai gemetaran. Tanpa sengaja memegang tangan kanan Ponimin. Segara Ponimin mengibaskan tangan Samuji.