Kelima, Pembelajaran Jarak Jauh Menjadi Lebih Menyenangkan. Walaupun dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat di “Internet Rumah Guru”, para siswa (anak-anak) dapat bersosialisasi dan berkolaborasi secara terpantau.
Tidak lagi terkungkung dan jenuh belajar sendirian di rumah. Kalaupun ada anak yang tidak mempunyai gawai, pihak Kemendikbud bisa meminjamkan lewat “Internet Rumah Guru”.
Kemendikbud bisa pula melanjutkan “Program Pengadaan Sejuta Tablet” untuk anak yang kurang mampu dan betul-betul tidak mempunyai gawai.
Program “Internet Rumah Guru” tentunya butuh tahapan, tetapi harus gerak cepat. Tidak semua guru bisa menjalankan program ini.
Hanya guru yang kompeten di bidang teknologi informasi yang bisa membantu anak dalam pembelajaran jarak jauh. Hanya rumah guru yang dapat memenuhi protokol kesehatan dapat ikut program ini.
Pemetaan zona rumah guru juga perlu dilakukan agar dalam satu wilayah "tidak menumpuk", banyak aplikasi yang bisa digunakan untuk pemetaan ini.
Terakhir, ide “Internet Rumah Guru” ini hanyalah ide sederhana penulis. Lahir dari hasil pengamatan fenomena di lingkungan penulis tinggal.
Kalau bisa melibatkan guru dan mendekatkan jarak jangkau akses internet dengan siswa secara gratis, mengapa tidak dicoba untuk direalisasikan. Terpenting, program ini betul-betul butuh kerja keras lintas sektoral.
Kemendikbud dan Kemenkominfo harus hadir memberikan “layanan gratis akses internet ngebut tanpa kendala hingga ke pelosok desa dan kota” lewat program “Internet Rumah Guru”.
Kesampingkan faktor bisnis, jangan terlalu berpikir hitung rugi-laba. Rakyat di masa terjepit ini betul-betul butuh hadirnya sosok Mendikbud dan Menkominfo. Titip pula Dirut PLN untuk segera menghadirkan listrik di pelosok manapun. Semoga.
Daftar Rujukan: covid19.go.id | wiki/Teknologi_informasi | kemdikbud.go.id/main/blog.