Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Internet Rumah Guru" Menjawab Polemik Belajar dari Rumah

3 Agustus 2020   05:23 Diperbarui: 5 Agustus 2020   02:19 2912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Belajar dengan Kebiasaan Baru. (Sumber: kemendikbud.go.id)

Sebagian gaji yang kadang cukup untuk kebutuhan sehari-hari (karena lebih dialihkan untuk cicilan bank guna memiliki rumah, biaya sekolah atau kuliah anak dan sebagainya), mereka gunakan untuk belanja sarana telekomunikasi seperti komputer, smartphone, webcam, modem dan sarana lainnya. 

Sarana ini perlu untuk meningkatkan kompetensi penguasaan teknologi informasi lewat webimtek, webinar, tutorial youtube, dan lainnya.

Semua usaha ini membutuhkan sarana yang mumpuni dan harus menyesuaikan dengan kapasitas memori perangkat untuk meminimalkan kendala akses teknologi dan informasi. Peningkatan kompetensi ini mereka butuhkan guna memberikan layanan terbaik untuk anak didik masa depan bangsa.

Guru tetap mendampingi siswa dari rumah sesuai jadwal pembelajaran dari satuan pendidikan. Jam kerja mereka tidak kasat mata, bahkan cenderung membuka layanan pembelajaran kapanpun yang siswa inginkan yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan lainnya.

Malam hari hingga kadang bahkan dini hari, guru mengolah nilai dan menyiapkan perangkat pembelajaran berikutnya. Waktu memang lebih banyak tersita untuk membuat media pembelajaran yang sekiranya dapat diakses oleh semua siswa dan tidak menyedot pulsa internet kedua belah pihak.

Kembali ke masalah pembelajaran jarak jauh, masalah yang dihadapi siswa juga dialami oleh guru. Masalah yang dihadapi orang tua siswa juga dihadapi oleh guru. 

Belanja pulsa internet yang menguras kantong, sinyal lemot karena ketersediaan jaringan yang berbeda dari perusahaan penyedia telekomunikasi, pembiasaan new normal yang cenderung dilanggar, dan terkikisnya karakter siswa karena lepas dari “pendidikan guru di sekolah” perlu dikembalikan ke guru. 

Lantas, bagaimana caranya? Apa perlu guru dan siswa kembali ke sekolah di bawah ancaman masih ganasnya virus korona menyerang yang tak kasat mata? Sedangkan sebagian besar wilayah di Indonesia masih zona kuning, oranye, dan merah. 

Solusi itu ada. Sekali lagi solusi itu ada. Wujudkan “Internet Rumah Guru”. Alokasikan sebagian dana Kemendikbud membentuk “internet rumah guru”. 

Ide ini muncul (oleh penulis) dengan mengamati semakin merebaknya langganan wifi anak-anak di rumah-rumah atau warung yang ada wifi-nya. Mereka (siswa) rata-rata membayar dua ribu rupiah tiap hari untuk bisa mengakses internet secara bebas tanpa batasan kuota. 

Warung-warung yang ada iklan “Free Wifi” bahkan gratis tanpa bayar, padahal biaya langganan internet warung ini diambilkan dari harga makanan dan minuman yang sedikit dinaikkan (mana ada bisnis yang tidak cari untung).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun