Fenomena merebaknya “Wifi Rumahan Murah” dan “Free Wifi” di warung atau kafe sebetulnya bisa diadopsi Kemendikbud membentuk “Internet Rumah Guru”. Jelas ada perbedaan dan keunggulan “Internet Rumah Guru” dibanding layanan internet lainnya, antara lain:
Pertama, Gratis dan Bukan Bisnis. Kemendikbud membiayai dengan subsidi internet berlangganan untuk “internet rumah guru”.
Dengan cara ini, guru dan siswa tidak lagi belanja pulsa internet yang menguras kantong. Sehingga keluhan orang tua baik yang ekonomi mampu dan kurang mampu serta guru dapat terbantu dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Kedua, Lebih Merata. Rumah guru tersebar di kota hingga pelosok desa. Memungkinkan siswa untuk lebih mudah menjangkau tempat tersedianya jaringan internet.
Tetapi, tugas Kemenkominfo dan Kemendikbud untuk lebih masuk lebih dalam lagi menyediakan sarana dan prasarana telekomunikasi secara memadai. Inilah saatnya bekerja untuk bangsa dan negara.
Tunjukkan bahwa negara hadir di tengah-tengah masyarakat dalam kondisi apapun. Jangan hanya puas sekedar meresmikan proyek-proyek prestisius. Tunjukkan bahwa Kemenkominfo mampu menghadirkan “akses internet ngebut dan tanpa kendala” secara merata.
Ketiga, Siswa Terdampingi. Bukan rahasia lagi, siswa lebih “menurut” pada sosok guru. Dengan adanya guru (meskipun bukan guru mapel atau guru kelasnya), sikap “kenakalan mereka” lebih dapat dikontrol. Terpenting, protokol kesehatan dapat tetap terjaga, beda dengan "Wifi Rumahan" dan kafe yang cenderung longgar.
Batasi hanya paling banyak melayani 12 anak yang dibagi tiga kelompok di tiap “Internet Rumah Guru”. Penjadwalan dapat diatur fleksibel sedemikian rupa untuk menghindari “ke rumunan berlebihan”.
Misalkan dalam 1 sampai 2 jam, kelompok 1 yang terdiri 4 anak memanfaatkan "Internet Rumah Guru" dan bergulir bergantian ke kelompok lainnya. Sehingga guru lebih mudah mengontrol pelaksanaan protokol kesehatan serta fungsi fasilitator pembelajaran jarak jauh.
Dengan demikian, tidak ada lagi kekhawatiran melanggar protokol kesehatan di masa pandemi korona dan penyimpangan nilai-nilai sosial budaya lainnya (pembentukan karakter).
Keempat, Orang Tua Terbantu. Fungsi peran ganda orang tua khususnya ibu sebagai “ibu rumah tangga dan guru rumahan” lebih ringan, karena siswa (anak mereka) dapat belajar lebih terlayani berkolaborasi dengan siswa lainnya di bawah guru sebagai fasilitator di “Internet Rumah Guru”.