Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ubo Rampe

23 Juli 2020   10:15 Diperbarui: 23 Juli 2020   10:32 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepala tukang belum sempat menjawab, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari balik tembok dan erangan kesakitan yang cukup keras. Bergegas kami berdua ke arah suara itu. Diikuti tukang dan kuli lainnya.

Innalillah, salah satu tukang terjatuh, kepalanya tepat membentur sisa tumpukan batu pondasi di belakangnya. Darah mengalir cukup deras. Seorang kuli dengan cekatan menopang tubuh tukang yang terjatuh. Berusaha menyadarkan dengan menepuk-nepuk pipi sang tukang. Namun tidak ada gerakan. Tidak ada sama sekali.

Segera kami mengangkat dan menempatkan tubuh tukang yang jatuh di tempat rindang bawah pohon jati. Kepala tukang dengan sigap memeriksa denyut nadi. Tidak ada reaksi dan tanda gerak denyut nadi. Tanpa pikir panjang, aku meminta segera diangkut ke mobil. Membawa tukang yang terjatuh ke rumah sakit.

Takdir tidak sesuai harapan. Tukang yang jatuh meninggal dunia. Kami yang mengiringi hanya bisa terdiam dan tertunduk lesu. Tak seberapa lama, keluarga tukang yang meninggal dunia berdatangan. Pilu rasanya melihat kesedihan mendalam yang terlihat jelas di depan mata.

Untuk beberapa hari, pembangunan rumah aku hentikan. Entah hari ke berapa. Mungkin sudah masuk hitungan belasan. Dan hari ini, untuk pertama kalinya aku berdiri lagi di tempat sewaktu dulu sempat ngobrol singkat dengan lelaki setengah baya.

Otak kananku mencoba mengingat kalimat terakhir dari lelaki itu. Semakin aku berusaha mengingat, semakin hawa dingin tetiba datang menyergap. Aku arahkan pandangan ke sekeliling. Berusaha mencari, mungkin sosok lelaki itu ada saat ini.

“Nanti Mas akan paham dengan sendirinya”. Yah, kalimat terakhir itu kembali kuingat. Tetapi bukan kalimat ini yang mengusik pikiranku sedemikian dalam,. Justru yang terngiang-ngiang di saat akan tidur adalah kalimat “Ubo Rampe”. Mungkinkah ini penyebab petaka? Ah….aku masih tidak percaya. Sedikitpun tidak percaya!....

Kademangan, 22.07.2020 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun