Mohon tunggu...
ARIF R. SALEH
ARIF R. SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal

28 April 2016   21:04 Diperbarui: 28 April 2016   23:37 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua puluh menit lewat. Tak ada tanda-tanda kemunculan sosok Ki Wiro dan Pak Wongso. Seakan mereka juga lenyap ditelan bumi. Rombonganpun saling pandang. Gerah dan resah terasa.

Mbah Sanimin tiba-tiba mendekat maju ke arah Kampung Amat dan Kampung Suadi. Ia berbicara lirih pada dua pemimpin kampung. Mbah Sanimin segera menghadap pada rombongan. Wajahnya tegang dan sepertinya sesuatu ingin ia sampaikan secepatnya.

“Saudara-saudara…. Saya rasa suara gagak hitam tiga kali adalah suatu tanda. Bukan hanya sekedar suara. Tanda agar kita tersadar. Cukup sudah tiga jiwa, kita korbankan untuk tumbal hutan belantara ini. Cukup kita hentikan pada angka 703 sesuai petunjuk Ki Wiro dari Pertapa tua hutan ini. Dan marilah kita kembali pulang. Kembali pada keluarga yang sedang menunggu!” Lantang suara Mbah Sanimin jelas terdengar.

“Tapi Mbah…. Bagaimana dengan Pak Wongso dan Ki Wiro?” Pak Darso menyela.

“Apakah kita akan terus mencari atau bertahan di tempat ini hingga pagi? Hahh!.... Berpikirlah dengan waras. Tidak cukupkah petunjuk dari pertapa tua penunggu hutan ini untuk kita ikuti?” Kembali Mbah Sanimin bersuara lantang. Tatapannya yang tajam menghunjam. Menyepikan suasana. Tak ada lagi suara yang menyela.

Kampung Amat dan kampung Suadi segera memerintahkan rombongan untuk pulang. Meninggalkan beringin tua dengan keangkerannya. Juga meninggalkan dua tumbal yang tak lagi bersama. Pada rombongan.

Seiring gerimis yang turun. Rombongan bergerak menjauh dari pohon beringin tua yang kokoh berdiri ratusan tahun lamanya di kaki hutan Gunung Raung. Rombongan bergerak tanpa kata. Hanya 703 jiwa melayang. Tumbal hutan belantara kaki Gunung Raung. Ada di benak mereka.

Banyuwangi, 28 April 2016

     

 

      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun