Perempuan muda hanya mengangguk. Dan kembali berucap lirih,”Baiklah nanti akan saya sampaikan. Pak Untung tunggu di sini sebentar. Akan saya ambilkan sarung agar bapak tidak kedinginan”.
Sosok lelaki hanya diam. Kembali kepalanya ditelungkupkan pada dua tangannya. Badan yang meringkuk itupun kembali diam mematung.
Bergegas perempuan muda beranjak ke dalam rumah. Ia tak menuju kamar untuk mengambil sarung. Milik suaminya satu-satunya. Melainkan setengah berlari menuju rumah tetangga sebelah. Dilihatnya ada dua perempuan sedang bercengkerama di teras rumah.
“Mbak Asih dan Bude Sum, tolong aku….” Terangah-engah perempuan muda memanggil.
“Ada apa dik? Kok sepertinya ketakutan?” Bertanya Bude Sum.
“Di belakang rumah ada Pak Untung…. Pak Untung yang dicari-cari warga kampung sebelah!”
“Kamu jangan mengada-ada Dik Wati. Yang benar saja kalau bicara” Asih menimpali dengan wajah pucat.
“Benar Mbak Asih. Kalau tidak percaya. Ayo lihat sendiri di belakang rumahku”
Bergegas dua perempuan itu berdiri tanpa diperintah. Mereka berlari ke arah rumah perempuan muda. Menuju belakang rumah.
Sosok lelaki tanpa busana terkejut melihat kedatangan tiga perempuan ke arahnya. Secara reflek ia meloncat ke rimbun semak.
“Tunggu…. Pak Untung tungguuu!” Teriak Asih.