“Pak tua yang aku belum sempat tahu namanya tapi beliau itu adalah pemilik rumah tempat kamu nyolong rambutan itu.”
“Apa iya Ben? Berati kita ketahuan dong nyolong rambutan.”
“Gak kok. Tapi aku minta kamu harus menemui Pak tua itu di rumahnya.”
“Untuk apa Ben?”
“Kamu harus terus terang kepada beliau. Ceritakan semua apa yang telah kamu dan aku lakukan di rumahnya.”
“Yah janganlah Ben. Aku takut dipolisikan. Masa kita masuk penjara cuma gara-gara nyolong rambutan.”
“Ya itu sudah resiko kita bro. Kita harus bertanggung jawab atas perbuatan kita. Tapi aku yakin Pak tua itu gak sekejam yang kau kira. Orangnya baik kok. Buktinya beliau mau menanggung semua biaya pengobatanku sebab anjingnya telah menggigitku.”
“Iya deh. Aku akan ke rumahnya besok.”
“Jangan tunggu besok. Malam nanti selepas magrib kamu harus ke rumahnya.”
Hari mulai gelap. Matahari sudah tak terlihat di ufuk barat. Malam telah tiba. Adzan magrib dikumandangkan. Selepas Shalat Magrib, Billy langsung berangkat menuju rumah diman dia nyolong rambutan.
“Assalamualaikum.!” Ucap Billy sembari mengetuk pintu rumah tingkat dua berwarna biru itu.