Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 2 - Delapan Belas & Sembilan Belas

22 Juli 2013   22:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Meski beberapa kali gagal, namun Asih belum menutup hati untuk siapapun lelaki yang ingin serius menikahinya. Jika kelak menyatu dalam ikatan pernikahan, alasan utama Asih karena anaknya. Itu keharusan, agar jangan sampai Koma terus-terusan hidup dengan ketidakjelasan siapa bapaknya, dan supaya anak belajar menjadi lelaki sejati pada ayahnya. Bagaimanapun buruknya, dan siapa pun, lelaki yang menjadi ayah dapat belajar menjadi lelaki sejati yang manis manakala bersama anaknya, dan lupa bahwa di luar rumah dia adalah macan buas.

Asih pikir, mungkin, bapak asli si Koma juga menanggung hukuman yang tak jauh beda dengan dirinya, di tempat lain, di tempat yang tak diketahui dan tak bisa dikunjungi siapa pun, atau lebih tepatnya mungkin sudah mati.

Bahkan terlintas di diri Asih, mungkin pula itu kutukan. Kutukan-kutukan yang merintangi Asih untuk memperbaiki semuanya. Kutukan itu membuat Kosim jatuh sakit, membuat Dadang terkena cacar, dan telah membunuh Mardi. Kutukan itu membuat warga terhasut Darman, lalu mengusir Asih, menjauhkan dia dari perlindungan yang paling aman, keluarga dan rumahnya. Kutukan yang membuat anaknya lahir lebih cepat dengan persalinan dramatis, di waktu dan tempat yang kurang pas. Kutukan itu juga yang memisahkannya dari manusia jelmaan malaikat penolong yang telah menyayanginya dengan luar biasa, dialah Mak Acem.

Tapi, kutukan itu membuat kehamilan Asih terjaga. Tak ada sesuatu pun yang menghalangi pertumbuhan janin di rahimnya. Tidak ada apa pun yang menggagalkan kelahiran bayinya. Kutukan itu membuat Koma kecil bertahan hidup dengan tubuh yang bersemayam epilepsi. Dan, kutukan itu pula yang membuat Mirja berusaha memperkosa, memutarbalikkan fakta, hingga leluasa memfitnah sekaligus menjadi lantaran Asih secara tak langsung terusir, untuk kedua kalinya dia harus terpisah dengan sosok seorang ibu.

***

"Aku hanya manusia lemah. Aku tidak berdaya tanpa pertolonganMu. Ya Rabb, tolong hamba, beri hamba kekuatan agar dapat menghadapi ujian ini dengan tabah."

Hari-hari Asih senantiasa berusaha diisi dengan ketabahan diiringi ketaatan yang intensif. Doa-doa tak dia lewatkan dalam setiap peribadatannya, menjadi harapan untuk menjaring kesabaran dan kekuatan diri melalui hari-hari sulit. Selebihnya, doa-doanya adalah kumpulan harapan paling besar untuk Koma kecil agar lebih kuat dalam menjalani hari dengan epilepsinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun