Mohon tunggu...
Array Nuur
Array Nuur Mohon Tunggu... -

krusuk-krusuk... pletuukkk... ketimprang..... bledugg.... jedoorrrr.... hapooowww.... cleebbb.... deziiiigggg... deziiiiggg..... tuuuuuuiiiiiingggg... duaaarrr.... 2654042D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu Itu Koma: Kisah Kecil Epilepsi #Stadium 2 - Delapan Belas & Sembilan Belas

22 Juli 2013   22:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Menurut pemeriksaan, kami menyimpulkan anak Bu Asih mengidap epilepsi."

"Epilepsi itu apa Pak Dokter?" tanya Asih. Kekhawatiran semakin menyeruak di hati dan pikirannya.

"Epilepsi itu penyakit yang terjadi karena ketidaknormalan sinyal dari neuron ke otak, sehingga mengganggu saraf otak dan dampaknya bisa menyebabkan anak Bu Asih mengalami kejang-kejang. Penyakit ini bukanlah penyakit menular, dan..." Dokter Budi menghentikan penjelasannya. Dia mendapati alis mata Asih mengerut, yang membuatnya tak kuasa melanjutkan.

Sejak awal membaca laporan hasil pemeriksaan, dahi mengerut, alis turut mengerut, hidung dan telinga merekah, bahkan dahi Asih semakin mengerut lagi manakala Dokter Budi memberikan penjelasan yang sulit dia cerna.

"Aduh Pak Dokter, saya tak mengerti!" polos Asih. Tergelitik dengan keluguan pasiennya, Dokter Budi tersenyum sedikit naif namun berusaha tetap ramah.

"Jadi begini Bu Asih, epilepsi itu semacam sakit kepala yang cukup parah. Karena itu anak Bu Asih sering mengalami kejang-kejang," jelas Dokter Budi, berharap penjelasan sesederhana itu dapat dimengerti Asih.

"Astagfirullah, apakah bisa disembuhkan pak dokter?"

Dilematis, satu sisi sebagai dokter, harus memberitahukan yang sebenarnya, di satu sisi lain, Dokter Budi tak tega. Dia merasa tak enak hati akan membuat Asih lebih khawatir.

"Pak Dokter, apa sakit anak saya bisa sembuh?" tanya Asih lagi.

"Insya Allah, kita sama-sama berusaha mengupayakannya," Dokter Budi sedikit diplomatis.

"Jadi bagaimana Pak Dokter? Anak saya bisa sembuh atau tidak?" Asih butuh kepastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun