Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Stimulus Ekonomi Tanpa Was-was

10 November 2015   01:36 Diperbarui: 10 November 2015   21:25 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Indikasi Positif

Pencapaian angka pertumbuhan ekonomi triwulan-3 2015 sebesar 4.73% layak mendapatkan apresiasi. Dalam kondisi global yang masih terimbas penurunan harga komoditas, gejolak ketidakpastian suku bunga acuan The Fed US dan penurunan pertumbuhan ekonomi China, perekonomian Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia secara triwulan bertumbuh. (Lihat Grafik-1).

Grafik-1 : Pertumbuhan PDB Triwulanan

Dari grafik, dengan model trend pertumbuhan diprediksikan pertumbuhan PDB Triwulan-4 meningkat dibandingkan Triwulan-3 menjadi sekitar 4,8 - 4,85%. Sebagai pembanding, pertumbuhan PDB China triwulan-3 2015 sebesar 6,9% dibandingkan 7% pada triwulan-2. Sedangkan perekonomian US triwulan-3 2015, PDB hanya bertumbuh 1,5% dibandingkan 3,9% pada triwulan-2.

Pada awall November 2015, diumumkan Oktober 2015 terjadi disinflasi (inflasi negatif) 0,08% dan secara tahunan tingkat inflasi Januari - Oktober 2015 besarnya 2,16% (lihat Grafik-2). Proyeksinya hingga akhir tahun, inflasi bulanan akan tetap rendah selaras dengan trend harga komoditas dunia. (Lihat : Inflasi Negatif dan Ancaman Deflationary Spiral).
Tingkat inflasi ini merupakan kabar baik bagi Bank Indonesia yang mendapat target inflasi 2015 sebesar 4% (plus-minus 1%).

Grafik-2 : Inflasi Bulanan dan Indeks Harga Konsumen

 

Surplus dan Defisit

Dalam tekanan depresiasi nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD), ada indikasi positif seperti pada Grafik-3.

Grafik-3 : Trend Nilai Tukar dan Neraca Perdagangan Luar Negeri

Catatan. Suplus Oktober 2015 merupakan estimasi dengan memperhatikan trend tahun sebelumnya.

Grafik-3 memberikan pemahaman bahwa depresiasi IDR terhadap USD berdampak SURPLUS pada neraca perdagangan dan trendnya positif atau meningkat. Bandingkan dengan perekonomian US yang harus menanggung defisit perdagangan sebesar USD 354 miliar (hingga Agustus 2015) dan China menghabiskan cadangan devisa hingga USD 479 miliar untuk memperrtahankan nilai tukar agar harga produknya kompetitif. (Lihat : Gejolak Rupiah Akan Selalu Terjadi Tetapi ...). Juga perlu diperhatikan bahwa depresiasi IDR terhadap USD tidak berakibat kenaikan inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan barang konsumsi terhadap impor rendah dan merupakan indikasi dalam pemenuhan kebutuhan domestik.

Sudah 6(enam) jilid paket stimulus perekonomian diterbitkan pemerintah yang bertujuan menarik arus modal asing dengan memberikan kemudahan perijinan, fasilitas kredit usaha rakyat, penurunan biaya energi, insentif PPh revaluasi aset, dan yang berkaitan ijin impor bahan baku obat. Pilihan atas kebijakan stimulus (perangsangan), bukan austerity (pengetatatan), dilakukan untuk mendorong kegiatan setor produksi. Sebagai implikasi kebijakan stimulus, dapat dipastikan anggaran akan mengalami defisit dan pendapatan negara dari pajak berkurang. Atas kondisi defisit anggaran ini, perlu ditutup dengan utang. (Lihat : APBN 2016 sebagai Stimulus Tembus GDP USD 1.000 Miliar).

Untuk memahami trend pendapatan negara masa 2013 hingga Agustus 2015, dapat dilihat pada Grafik-4 dengan sumber Bank Indonesia (SDDS - Fiscal Sector) serta penjelasannya (Bank Indonesia - Metadata).

Grafik-4 : Penerimaan Negara - Historical dan Proyeksi 2015 

Sumber informasi : Bank Indonesia - SDDS (dengan pengolahan)

Pemahaman cakupan pendapatan negara diberikan pada Tabel-1. 

Tabel-1 : Cakupan Pendapatan Negara

 

Sumber informasi : Bank Indonesia - Metadata

Dengan melihat cakupan pendapatan negara, dan memahami kondisi perekonomian global yang tertekan, trend harga komiditas dan energi (oil & gas, coal) yang terus menurun, pertumbuhan PDB mitra dagang utama yang tertekan (China, US, Uni Eropa, Jepang), trend penurunan nilai impor barang, maka dampak pada penurunan pendapatan negara adalah implikasi logis.

 

Jika dihitung, kenaikan pendapatan negara 2012 - 2013 (8%), 2013 - 2014 (7%). Tetapi memperhatikan kondisi global dan kondisi ekonomi, akan lebih sesuai jika proyeksi kenaikan 2015 dibandingkan 2014 sama dengan rerata pertumbuhan PDB triwulanan yaitu sebesar 4,72% (dari rerata 4,71%, 4,67%, 4,73%, dan estimasi 4,8% pada triwulan-4 2015). Pendapatan negara 2014 besarnya : IDR 1.537 triliun, dengan demikian proyeksi 2015 besarnya : IDR 1.610 triliun. Andaikan proyeksi tersebut meleset, setidaknya sama dengan pendapatan 2014.

Dari sisi target belanja, nilainya IDR 1,984 triliun; andakan terserap hingga 92% besarannya menjadi IDR 1.825 triliun. Dengan pendapatan negara 2015 sama dengan 2014 (IDR 1.537 triliun), ada defisit IDR 288 trilyun atau setara USD 20,9 miliar (dengan asumsi USD 1 = IDR 13,750).

Dengan pertumbuhan PDB 4,72%, dan PDB 2014 (nominal) USD 888 miliar (Sumber : IMF Data Mapper), PDB 2015 akan mencapai USD 929 miliar; sehingga defisit USD 20,9 miliar setara dengan 2,24% (ambang batas defisit anggaran 3%). Jika pendapatan negara 2015 hanya mencapai IDR 1.500 triliun, defisit anggaran akan mencapai 2,54%.

Langkah Lanjutan

Dalam kebijakan stimulus anggaran selayaknya ditunjang dengan pelonggaran moneter melalui penurunan suku bunga. Namun Bank Indonesia, sesuai dengan kewenangannya, tetap mempertahankan kebijakan suku bunga acuan sebesar 7,5%. Pada kenyataannya, dengan kondisi terebut peningkatan pertumbuhan tetap berlangsung.

Paket stimulus sudah digulirkan dan terus berkelanjutan dalam upaya mendorong sektor produksi serta mengharapkan aliran modal asing untuk berinvestasi. Dalam perluasan sektor produksi, perlu dimantapkan pilihan dan prioritas beserta tatanannya (pohon industri) agar dapat menjadi andalan untuk unggul dalam persaingan pasar global; bukan mengandalkan harga rendah tetapi keunggulan mutu dan diferensiasi. (Lihat : Inisiatif, Investasi, dan Industri Prioritas dalam Perekonomian Supply Side).

Deklarasi untuk bergabung dalam TPP atau Trans-Pacific Partnership (lihat : TPP Pilihan Cerdas) perlu menjadi perhatian dalam penyusunan strategi; dengan mempertimbangkan pendekatan saling melengkapi (complementary product) bukan bersaing antar anggota TPP. Sektor produksi tidak semata berorientasi ekspor karena 80%-85% output merupakan konsumsi domestik sehingga memerlukan penguatan. (Lihat : Eksternal Perlu Tetapi Fokus ke Domestik).

Jika dikaji secara menyeluruh akan kondisi dunia usaha serta korporasi termasuk BUMN (Badan Usaha Milik Negara), masalah Resesi Neraca yang timbul akibat depresiasi IDR terhadap USD merupakan hal yang perlu perhatian agar tidak berkepanjangan dan menimbulkan dampak yang parah. (Lihat : Insentif PPh Revaluasi Aset Solusi Keliru).

Untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, kegiatan pembangunan infrastruktur merupakan pilihan tepat karena berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan memperkuat keunggulan komparatif. Selayaknya pembangunan infrastruktur tidak harus pada skala besar (mega project) dengan biaya besar tetapi dengan mendistribusikan kegiatan pembangunannya agar sejalan dengan strategi pemerataan pembangunan.

Perekonomian dan kondisi keuangan global selalu bergejolak, penuh sentimen dan spekulasi. Mencermati indikasi positif, kondisi surplus dan defisit, serta langkah lanjutan maka tidak ada alasan untuk was-was laksanakan stimulus perekonomian.

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

Pekan kedua November 2015. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun