Karena Isak tidak nyaman lagi lama-lama duduk di warung Mbak serta tingkah mereka berdua membuatnya terusik sehingga meninggalkan tempat tersebut lalu pergi ke tepi pantai--tempat biasa menatap senja.
Baru saja Ia duduk, sebuah messenger masuk, "Kapan kita bisa bertemu?" Isak hanya melihat saja. "Apa kamu kenal Mira?!" Lagi pesan masuk yang kedua kalinya.
Isak bingung tapi juga jengkel karena seolah-olah orang tersebut mengancam dirinya. "Kalau kamu benar-benar mencintainya sebagai seorang laki-laki-- kita bertemu empat mata!"
****
Isak tidak peduli lagi dengan Mira sebab sudah hampir setahun mereka tidak saling berkabar. Isak pun sadar tidak pantas mendampingi Mira setelah Isak mengetahui bahwa lelaki itu telah menggantikan posisinya.
Karena itu, Isak tidak lagi mencari pekerjaan dan pulang ke kampung halamannya. Dengan begitu Isak dapat tenang karena berkumpul dengan keluarga juga sahabat-sahabat di kampungnya.
Namun setelah sampai di kampungnya, Isak makin tidak tenang memikirkan Mira. Sebab ibunya terus menanyakan tentang kekasihnya itu.
"Kamu bilang mau kenalkan ibu dengan calon istrimu. Kapan saya bisa bertemu menantuku?"
"Sabar bu nanti saya kenalkan sama ibu," Isak berbohong agar ibunya tidak kecewa sebab sudah lama ibunya menantikan kehadiran seorang menantu dan cucunya kelak.
Suatu hari ibunya didatangi seseorang saat Isak sedang pergi bersama ayahnya di kebun.
"Sebentar lagi ibu akan jadi mertua." Kata ibunya dengan bahagia saat mereka sedang makan malam. "Iya ibu yang sabar." Gurau Isak dengan cemberut.