"kadang kala ucapan mu
membuyarkan mimpi indahku,
saat aku jauh darimu
rindu mengingatkanku padamu"
****
"Mbak Ayu tolong buatkan saya es rindu satu."
"Tumben abang pesan es rindu?
"Tidak boleh ya?"
"Boleh. Tapi biasanya kan abang minta Ayu buatkan es sejuk."
"Aku sedang merindukan seseorang," pemuda itu berbisik. "Oh, yang di Kalimantan itu?" Mbak keceplosan.
Isak menatap heran, "apa mereka membicarakan ku? Ah itu mungkin perasaanku saja."
Ayu adalah pemilik warung sedangkan pria muda tersebut adalah teman Ayu, Melki namanya.
"Mbak terima kasih es nya. Saya pamit dulu."
"Oh iya. Jangan lupa mampir lagi ke sini ya?!" sembari Mbak Ayu menebar senyum manis.
Karena Isak tidak nyaman lagi lama-lama duduk di warung Mbak serta tingkah mereka berdua membuatnya terusik sehingga meninggalkan tempat tersebut lalu pergi ke tepi pantai--tempat biasa menatap senja.
Baru saja Ia duduk, sebuah messenger masuk, "Kapan kita bisa bertemu?" Isak hanya melihat saja. "Apa kamu kenal Mira?!" Lagi pesan masuk yang kedua kalinya.
Isak bingung tapi juga jengkel karena seolah-olah orang tersebut mengancam dirinya. "Kalau kamu benar-benar mencintainya sebagai seorang laki-laki-- kita bertemu empat mata!"
****
Isak tidak peduli lagi dengan Mira sebab sudah hampir setahun mereka tidak saling berkabar. Isak pun sadar tidak pantas mendampingi Mira setelah Isak mengetahui bahwa lelaki itu telah menggantikan posisinya.
Karena itu, Isak tidak lagi mencari pekerjaan dan pulang ke kampung halamannya. Dengan begitu Isak dapat tenang karena berkumpul dengan keluarga juga sahabat-sahabat di kampungnya.
Namun setelah sampai di kampungnya, Isak makin tidak tenang memikirkan Mira. Sebab ibunya terus menanyakan tentang kekasihnya itu.
"Kamu bilang mau kenalkan ibu dengan calon istrimu. Kapan saya bisa bertemu menantuku?"
"Sabar bu nanti saya kenalkan sama ibu," Isak berbohong agar ibunya tidak kecewa sebab sudah lama ibunya menantikan kehadiran seorang menantu dan cucunya kelak.
Suatu hari ibunya didatangi seseorang saat Isak sedang pergi bersama ayahnya di kebun.
"Sebentar lagi ibu akan jadi mertua." Kata ibunya dengan bahagia saat mereka sedang makan malam. "Iya ibu yang sabar." Gurau Isak dengan cemberut.
"Tadi ibu didatangi seseorang ingin menjodohkan anaknya sama kamu. Gadisnya cantik kamu pasti menyukainya." Kata ibunya sambil menyantap makanan perlahan.
"Tapi bu....."
"Tidak ada tapi tapi. Semua ini demi kebaikan kamu. Aku pikir kedua orang tuanya baik."
Karena Isak sangat berbakti kepada kedua orang tuanya sehingga tidak lagi membantah ibunya. Isak terima dengan perjodohannya tersebut.
"Bu, biarkan Isak menentukan pilihannya kan Isak yang nantinya menjalani itu." Ayahnya berusaha membela. "Apalagi Isak belum bertemu dengan gadis itu, bagaimana kalau Isak tidak menyukainya, begitu juga dengan gadis itu?"
Tetapi ibunya Isak tetap bersikeras menjodohkan mereka dan tidak mau mendengarkan kata ayahnya.
"Dua minggu lagi kita akan pergi menemui calon menantuku di rumahnya. Sekarang lupakan kekasihmu itu." Tegasnya.
****
"Mira kamu di mana, aku harus bagaimana mengabari mu? Maafkan aku Mir. Aku ingin mempertahankan cinta kita juga ingin membatalkan perjodohan ini. Tapi mau bagaimana? Aku menghubungimu tapi kamu tidak kunjung membalas chat juga teleponku."
Isak merenung panjang di kamarnya. Isak sudah berusaha mengakhiri hubungan mereka tetapi dalam hati kecil--Isak masih mencintainya.
Setidaknya, sebelum Isak bertemu dengan perempuan yang dijodohkan ibunya. Isak ingin memastikan bahwa Mira sudah tidak lagi perasaan kepadanya dan ingin Ia dengar langsung dari Mira.
Hari ini Isak dan kedua orang tuanya tengah bersiap-siap berangkat ke rumah gadis yang dijodohkan ibunya tersebut. Namun telepon rumah berdering. Ibunya dengan cepat mengangkat telepon tersebut.
"Halo!" Suara ditelepon. "Maaf ibu saya terlambat mengabari mu. Saya harap ibu tidak kecewa dan membatalkan perjodohan kedua anak kita setelah mendengar hal ini. Maaf sekali lagi bu, hari pertemuan kita ditunda minggu depan karena menantu ibu belum bisa pulang. Saya harap ibu tidak kecewa!"
"Tidak apa-apa salam buat menantuku. Bilang sama dia ibu mertua sudah tidak sabar menemuinya." Balasnya. "Baik bu nanti disampaikan." Langsung menutup teleponnya.
Ketika Isak mendengar percakapan ibunya itu hatinya sangat bahagia. Akhirnya Isak mempunyai kesempatan mencari informasi Mira dan ingin pergi secara diam-diam.
****
Dua hari kemudian Isak mendapat balasan chat dari Mira melalu WA nya. "Maaf aku baru saja membalas chat mu. Â Pekerjaanku sangat padat sehingga aku tidak memberi kabar kepadamu. Bagaiman kabarmu?"
"Baik. Bagaimana dengan kabarmu? Aku ingin mengatakan sesuatu. Penting! Ini menyangkut hubungan kita. Aku harap kamu mau meluangkan waktu menemui ibuku kerena aku ingin dijodohkan dengan gadis lain."
"Maaf Isak, aku tidak bisa menemui ibumu. Bukan aku tidak mau, tapi kamu tahu sendiri kan tentang pekerjaanku? Kalaupun kamu dijodohkan dengan gadis lain dan kamu bahagia, aku juga ikut bahagia. Hubungan yang direstui orang tua ujungnya pasti bahagia."
"Tapi aku tidak mencintainya. Apa karena lelaki itu sehingga kamu membiarkan perjodohanku ini?"
Namun setelah Isak mengatakan hal itu. chat nya tidak lagi mendapat balasan dari Mira.
Bersambung...
Weda, 14 Desember 2023
Arnol Goleo [21:11]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H