Kami pun tiba di lokasi tersebut. Namun, kami mendapati tukang yang menawarkan pekerjaan tadi sedang beradu mulut dengan warga sekitar memperdebatkan soal batas sehingga lokasi panggilan pembuangan WC pun tidak di izinkan oleh tetangganya itu.
***---
Tukang itu pun tidak mau mengalah soal batas tanah. Karena merasa tidak puas ia menelpon bosnya, bos pemilik bangunan tersebut.Tapi tetap saja tetangganya pun tidak mau mengalah.
Seusai telepon tukang itu kepada bosnya, namun tetap tidak dizinkan juga oleh tetangganya. Sehingga pemilik bangunan tersebut tidak mau memperpanjang soal batas tanah dengan tetangganya itu, ia menyuruh kepada tukang itu (ditelepon) agar penggalian pembuangan WC di dalam bangunan."
Tukang itu menyuruh kami menggalinya di dalam bangunan. Kami melakukan penggalian selama tiga hari, akhirnya kami pun menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dan upah kami langsung dibayar oleh tukang.
Pada esok harinya saya meminta izin kepada saudaraku bahwa lusa saya pulang kampung.
Ia membujuk saya agar menunggu lagi sampai lamaran saya diterima. Namun, bila saya menunggu lagi uang hasil kerja tadi bisa habis terpakai. Syukur-syukur kalau saya diterima bekerja di perusahaan, kalau tidak darimana lagi saya mendapatkan uang tiket untuk pulang?
Tekat saya sudah bulat. Saya harus pulang. Akhirnya, ia mengizinkan.
***
Saya pun kembali di tanah moyang, tempat emas mengalir, kata sebuah lirik lagu. Tapi kok rasanya bagaikan orang asing di negeri sendiri???
Sebelumnya telah kucoba memasukkan lamaran kerja di sana. Apa karena IQ saya rendah sehingga tidak diterima ataukah saya tidak dikenal?