"Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian."
Semasa dalam perjalanan mata orang-orang tertuju ke saya setiap kali saya melewati bengkel, rumah dan warung sepanjang jalan. Saya malu, tapi sudahlah orang-orang menilaiku apalah masa bodoh, dalam hati kecilku berkata.
Jarak sekitar 300 meter jalan kaki saya berhenti sejenak berteduh di sebuah warung dekat jalan poros. Di depan warung tersebut ada satu bengkel lumayan besar, hati saya mulai senang, kosan saudaraku sudah dekat 20 atau 50 meter sudah tiba di kosannya.
"Tapi kok saya belum melihat lapangan bola kaki dan bandara seperti kata saudaraku tadi ditelepon?" Ah bodoh amat!
***----
Kurang lebih 10 menit berteduh, saya melanjutkan perjalanan. Kurang lebih 300 meter saya sampai di lapangan bola kaki. Selamat! Saya sudah melihat tanda yang diucap saudaraku tadi. Tapi ada satu tanda lagi yaitu bandara. Saya jalan kaki sudah sejauh ini namun belum melihatnya.
Saya terus berjalan masih sekitar 200 meter sudah terlihat bandara udara, syukur sudah sampai. Ketika saya sampai di bengkel itu ada lorong ke arah pantai mungkin ini yang dibilang saudaraku tadi. Saya pun masuk di lorong itu sekitar 20 meter ada kos-kosan cat warna biru, pasti ini dia kosannya.
Namun di depan kosan itu ada beberapa karyawan yang duduk di teras sambil bercerita satu sama lain saya ragu untuk bertanya sebab takutnya salah masuk kosan.
***---
"Ya Tuhan mudah-mudahan ini dia kosan yang disebut saudaraku tadi di telepon."
"Permisi.. Mau tanya ada nama ... ngekos di sini?"