Mohon tunggu...
Arni Rahmat Mendrofa
Arni Rahmat Mendrofa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bermimpilah setinggi langit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahari Terbit di Pelataran Kehidupan

4 Juli 2024   20:57 Diperbarui: 4 Juli 2024   21:08 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu hari, saat mereka sedang duduk di beranda rumah mereka, Hengki berkata, "Intan, aku merasa kita perlu melakukan lebih banyak lagi untuk desa ini. Aku berpikir untuk membuka pusat pelatihan pertanian organik. Apa pendapatmu?"

Intan tersenyum, menyukai semangat Hengki yang selalu ingin berbuat lebih banyak. "Itu ide yang bagus, Hengki. Kita bisa mengajak para petani untuk belajar teknik pertanian baru yang lebih ramah lingkungan. Aku akan mendukungmu sepenuhnya."

Dengan penuh semangat, mereka mulai merencanakan proyek baru mereka. Hengki menggunakan koneksi dan pengaruhnya untuk mendapatkan bantuan dan dukungan, sementara Intan mengorganisir pelatihan dan menghubungi para ahli di bidang pertanian organik. Proyek ini pun berjalan dengan sukses, membantu para petani di desa Angin Segar untuk meningkatkan hasil panen mereka sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Tahun demi tahun berlalu, Intan dan Hengki menghadapi banyak tantangan, tetapi cinta dan komitmen mereka selalu menjadi kekuatan utama dalam menghadapi segala rintangan. Ketika desa mereka dilanda banjir besar, mereka berdua berada di garis depan, membantu evakuasi dan menyediakan tempat penampungan sementara bagi para warga. Ketika wabah penyakit melanda, mereka dengan gigih memberikan perawatan dan edukasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Meskipun usia mereka semakin bertambah, semangat dan cinta Intan dan Hengki tidak pernah pudar. Setiap pagi, mereka masih berdiri di pelataran rumah, menyaksikan matahari terbit bersama, mengingatkan mereka akan harapan dan awal yang baru.

Mereka menghabiskan waktu dengan anak-anak dan cucu-cucu mereka, berbagi cerita tentang masa-masa sulit dan kebahagiaan yang mereka lalui bersama.

Pada suatu malam yang tenang, ketika mereka duduk di bawah langit berbintang, Intan berkata, "Hengki, aku bersyukur bisa menghabiskan hidupku bersamamu. Kau adalah anugerah terbesar dalam hidupku."

Hengki menggenggam tangan Intan dengan lembut. "Aku juga bersyukur, Intan. Setiap hari bersamamu adalah berkah. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa cintamu."

Mereka berdua menikmati kebersamaan itu, merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang hanya bisa didapatkan dari cinta sejati yang telah mereka bangun bersama selama bertahun-tahun. Hingga di usia senja mereka, Intan dan Hengki tetap setia satu sama lain, menginspirasi generasi muda dengan kisah cinta dan pengabdian mereka yang abadi.

Malam itu, di bawah langit berbintang yang tenang, Intan dan Hengki duduk berdua menikmati keheningan yang damai. Kehangatan api unggun kecil yang mereka buat menambah suasana hangat di antara mereka.

"Aku bersyukur bisa menghabiskan hidupku bersamamu, Hengki. Kau adalah anugerah terbesar dalam hidupku," kata Intan dengan penuh kelembutan, matanya menatap dalam ke mata Hengki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun