Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tumbal Arwah Jelangkung - 2

16 Februari 2016   19:35 Diperbarui: 17 Februari 2016   17:40 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ayah pergi ke kantor dengan menaiki sepeda motornya. Sementara Lina dan Rafly menunggu busdatang. Tak lama mereka menunggu, bus sudah berhenti tepat di hadapan mereka.

Busmelaju kencang membawa penumpang ke tujuan masing-masing. Terlihat dalam bus didominasi anak sekolah. Dan lainnya, diisi pegawai negeri dan swasta. Suasana dalambus cukup tenang. Penumpang disuguhi dengan alunan musik Pop Barat yang memanjakan telinga yang mendengarkannya. Tapi beda dengan Lina. Ia kelihatan sedang memikirkan sesuatu.

Dia memutar ingatannya tentang mimpinya semalam. Dalam mimpinya, dia melihat sekelompok perempuan sedang menyiksa seorang perempuan juga. Dia terus mencoba mengingat apa gambaran yang terjadi dalam mimpinya. Namun, ia tak kunjung mendapat titik terang mengenai keempat wanita yang berada di mimpinya.

“Ada apa, kak? Apa kakak sedang memikirkan sesuatu?“ tanya Rafly. Alisnya terangkat sedikit ke atas.

“Gak apa-apa, kok. Kakak cuma sedikit haus saja.“ jawab Lina seraya mengambil botol minuman  di dalam tasnya. Adiknya mengangguk pelan.

Lina membuka penutup botolnya, menenggak air yang mengalir ke dalam kerongkongannya. Sebenarnya, dia tidak merasa haus. Dirinya cuma berpura-pura agar adiknya tidak mengetahui apa yang sebenarnya dia pikirkan.

Hampir saja. Ujar batinnya.

Tak terasa, bus itu sudah tiba di sekolah. Lina menyetop di samping pagar utama sekolah. Bersama dengan adiknya, mereka bergegas menuju kelas masing-masing. Rafly berada di kelas X–2, Lina berada di kelas XII IPA 2. Dia melirik arloji. Ternyata 10 menit lagi, kelas akan dimulai. Untungnya dia belum terlambat. Ketika dia memasuki kelas, dia melihat seorang perempuan berdiri di tembok luar kelasnya. Dia mengenakan baju putih abu-abu. Lina tak mengamati dengan jelas bagaimana rupa wajahnya karena dihalangi rambut panjangnya. Dia merinding ngeri. Gadis itu terus berdiri di tembok luar kelasnya. Lina buru-buru masuk ke kelasnya.

“Lin, kenapa lo? Kayak habis dikejar setan,“ tanya Shanti di sampingnya.

“Bukan dikejar tapi ngeliat setan, Shan...“ sahut Lina. Ia meletakkan tas punggung di sebelah Shanti.

“Yang benar, Lin?“ Shanti sontak kaget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun