“Ini dia Don!“ tunjuk Prakoso. Ternyata, boneka itu berada di luar rumah dengan posisi menancap di tanah. Donni setengah berlari mengambil boneka itu.
               “Kelihatannya kita harus pulang. Aku merasa tidak enak berlama-lama di sini.“ ujar Donni sambil mengoper boneka pada Prakoso.
               “Shan, masukkan alat-alat sama boneka ini ke tasmu.“ perintah Prakoso seraya memberikan boneka pada Shanti.
               Shanti memasukan semua peralatan ke dalam tasnya termasuk boneka jelangkung yang diberikan Prakoso. Lina masih shock karena kejadian tadi, berjalan sambil memegang erat pergelangan tangan Doni.
               “Jangan parno gitu lah, Lin. Biasa aja.“ ketus Doni.
               Lina melepas pegangannya pada tangan Doni, berjalan normal seperti biasanya. Rasa was-was menghantui pikiran Lina. Saat dia berjalan, matanya masih jeli mengamati apa yang ada di sekitarnya. Tiba-tiba Lina terhenti.
               Aku akan menjemput kalian semua ke alamku...
               Suara bisikan pelan terdengar oleh Lina. Ia menengok kepada teman-temannya.
               “Kalian dengar suara itu, ada suara aneh yang bilang kalau kita akan—“
               “Sudahlah Lina, tak bisakah dirimu tenang sebentar saja?! Jangan kayak orang sakit jiwa gitu deh!“ caci Prakoso.
               “Tapi, aku beneran dengar sendiri kok, Kos! Sumpah!“ ucap Lina mengotot.