“Sudah cukup, Lin. Soal itu, nanti saja bicarakan kalau kamu sudah sampai di rumahmu.“ tandas Donni.
               Mereka sudah berada di pekarangan rumah. Untung saja, rumah Lina tak jauh dari rumah kosong itu, hanya berjarak 200 meter. Sedangkan,keempat kawannya pulang menaiki sepeda motor. Tetap saja hal yang barusan dialami Lina hampir membuatnya histeria. Ia memilih mempercepat laju kakinya. Pukul 23.10, dia sudah berada di rumahnya. Lina beberapa kali mengetuk pintu.
               Tok, tok, tok!
               Dari dalam rumah, ibunya sudah datang membukakan pintu.
               “Kamu dari mana saja, nak? Sudah larut malam begini kamu baru pulang?“
               “Tadi, banyak banget tugas kelompok yang harus dikerjakan, bu, jadi pulangnya agak larut.“ sahut Lina.
               “Ngomong-ngomong, kenapa kamu kelihatan gelisah, nak? Wajahmu kelihatan pucat.“
               “Ah, gak apa-apa kok, bu. Cuma masuk angin aja.“
               Lina langsung melewati ibunya menuju kamar tidur. Ibunya heran melihat tingkah laku anaknya, namun dia tak mengetahui apa sebabnya. Sambil menghela nafas, ibunya kembali mengunci pintu rumahnya.
               Untuk menghilangkan kegelisahan, Lina mencuci muka sambil menggosok gigi. Sesudah itu, Lina mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Ditariknya selimut, Lina mulai memejamkan matanya.
               Dua puluh menit telah berlalu. Lina terlelap dalam tidurnya. Tanpa disadari, dia sudah berada di sebuah hutan sunyi. Dia masih bingung kenapa dirinya bisa ada di sana. Dia berjalan pelan sambil mengamati yang ada di sekelilingnya. Suasana hutan remang-remang dan suram. Dia merasakan hawa mistis yang terkandung dalam hutan meningkat pesat. Ditambah suara-suara aneh yang membuat bulu kuduknya merinding.