Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tumbal Arwah Jelangkung (1)

14 Februari 2016   18:58 Diperbarui: 10 April 2016   19:11 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                “Don, bonekanya mulai bergerak. Turunkan pelan-pelan.“ perintah Prakoso pelan.Perlahan tapi pasti, mereka mengarahkan boneka ke atas kertas.

“Siapa yang mau nanya duluan?“

“Aku, Don!“ jawab Heru.

“Tidak, Her. Aku dulu. Aku punya pertanyaan penting mengenai pacarku, Sandy.” potong Shanti.

“Hey, hey, kenapa kalian ribut begini? Tenang, semua pasti dapat giliran.” lerai Donni.

                Lina tak peduli dengan pertengkaran mereka. Matanya waspada mengamati sekeliling ruangan tamu. Prakoso jengah melihat tingkah teman-temannya. Pandangan mata Linaterpakupada sekelebat hitam berdiri tak jauh dari jendela tak berkaca.

                “Kalian harus mati...” gumam makhluk halus bergaun hitam.

                Bola mata Lina terbeliak. Donni yang melihat perilaku aneh Lina, mencoba memanggil namanya hingga tiga kali. Ketika Lina menoleh ke arah Donni, angin mendadak berembus kencang, menggerak-gerakan bingkai jendela tanpa kaca. Gerakan boneka semakin menjadi-jadi. Mereka berlima berusaha menahan gerakannya, tapi mereka terpental jauh, demikian dengan boneka itu. Angin perlahan mulai mereda. Mereka berusaha bangkit meskipun badan masih terasa sakit akibat menahan gerakan boneka.

                “Aduh..., pinggangku sakit!“ keluh Prakoso sambil meringis memegang pinggangnya.

                “Di mana boneka itu?!“ ucap Doni panik.

                Mendengar apa yang dikatakan Doni, sontak mereka bangkit berdiri, mencari-cari boneka yang mendadak hilang. Suasana ruang depan begitu mencekam ketika mereka melakukan pencarian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun