“Karena lebih kepingin mati.”
“Kenapa lebih kepingin mati?”
“Karena sudah bosan hdup.”
“Kenapa….” Marsudi menghentikan pertanyaannya, sadar jika percakapan mereka tersebut sangatlah tidak efektif. Mbulet saja seperti kentut hansip.
“Ceritakan saja masalahnya apa sama saya, siapa tahu bisa sedikit meringankan beban. Kalau sehabis itu masih tetap mau bunuh diri ya silakan. Tapi.. ada tapinya, loh.. saya tetap akan mencegah. Intinya, selama ada saya, tidak akan ada yang bunuh diri lagi di tempat ini. Itu sudah menjadi tekad saya!”
Mendengar perkataan Marsudi, agak sedikit ragu-ragu, akhirnya perempuan itu mau bercerita. Klise sekali kisahnya. Tentang keluarga yang berantakan dan hubungan cinta yang kandas. Marsudi mengeluh dalam hati. Jika semua masalah harus diselesaikan dengan bunuh diri, bisa-bisa jembatan dekat rumahnya ini penuh dengan orang yang mau bunuh diri. Juga jembatan-jembatan lainnya di seluruh indonesia.
“Rumah saya dekat jembatan ini, Mbak. Dan sebagai warga sini saya berhak menjaga lingkungan saya to? Bayangkan, Mbak. Kalau jembatan ini akhirnya dipenuhi hantu-hantu penasaran, arwah-arwah gentayangan dari orang-orang yang bunuh diri, siapa yang dirugikan? Saya dan warga sini dong. Kalau nanti jembatan ini jadi terkenal, jadi tempat bunuh diri favorit dan akhirnya ditutup pemerintah, siapa yang rugi? Ya warga sini, karena akses jalan jadi makin sulit kalau tidak ada jembatan. Jadi tolong, di luar masalah Mbak, pikirkan juga akibatnya buat orang lain.”
Marsudi sengaja bicara panjang lebar agar perempuan itu melupakan rencana bunuh dirinya. Karena menurutnya, dorongan untuk bunuh diri itu muncul spontan. Mungkin niat bisa dari jauh-jauh hari, tapi eksekusi biasanya spontan. Jadi, jika tepat ketika eksekusi itu bisa digagalkan, keinginan bunuh diri akan hilang. Karena akal sehat sudah mulai bekerja kembali, berpikir dan menimbang baik buruknya suatu tindakan.
Perempuan itu diam saja, malah menangis sesenggukan. Tapi tak lama kemudian dia berbalik dan berlalu tanpa mengucap sepatah kata pun. Marsudi heran bukan kepalang. Sebegitu mudahnya? Hanya kata-kata seperti itu bisa langsung membuat perempuan putus asa itu membatalkan niatnya?
Sebelum dia bisa memahami semua, terdengar suara merdu yang berkata dengan nada kemayu, “Impas nih ceritanya? Sudah berhasil menyelamatkan orang?”
Disusul sesosok tubuh perempuan yang tiba-tiba sudah berdiri di dekatnya. Marsudi mengenali wajahnya. Itu perempuan yang bunuh diri waktu itu!