Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah di Dekat Jembatan Bunuh Diri

14 Desember 2015   21:11 Diperbarui: 14 Desember 2015   21:47 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Mati. Dia pasti sudah mati, pikir Marsudi. Biarpun mungkin perempuan itu jago berenang, tapi niatnya memang ingin bunuh diri. Jadi pasti dia memang sudah mati dan tidak ada gunanya lagi Marsudi mencoba menolongnya.

Begitu terguncang dengan peristiwa yang terjadi, Marsudi akhirnya memutuskan untuk pulang. Sesampai di rumah, badannya menggigil.

Berhari-hari Marsudi tak kemana-mana. Ngendon saja di rumahnya yang kosong seperti ABG baru putus sama pacarnya. Tak makan, tak minum, tak juga pergi ke spot favorit di jembatan dekat rumahnya. Kejadian malam itu selalu terbayang-bayang. Seandainya saat itu dia siaga, mungkin perempuan itu bisa ditangkapnya sebelum sempat menerjunkan diri. Dan pikiran-pikiran seperti itu justru membuat dirinya semakin merasa bersalah dari hari ke hari.

Akhirnya sebuah pikiran terbersit, dia memang pernah tidak bisa menyelamatkan satu nyawa, maka akan ditebusnya dengan menyelamatkan banyak nyawa. Untuk menebus kesalahannya, dia akan menjadi relawan, berpatroli di sekitar jembatan itu sesering mungkin untuk mencegah kejadian seperti yang dia alami akan terulang.

Ya, dia akan menjaga jembatan itu. Dengan pikiran itulah hatinya kemudian menjadi tenang.

*****

Lama setelah kejadian malam itu, terjadilah hal yang ditunggu-tunggunya namun sebenarnya tidak diharapkan. Menjelang tengah malam, Marsudi melihat seorang perempuan berjalan mondar-mandir di sisi jalan di atas jembatan. Tingkahnya sangat mencurigakan. Tanggap dan memang tidak ingin kecolongan lagi, Marsudi langsung menghampirinya.

“Heit! Berhenti, Mbak!” seru Marsudi. Perempuan itu cuek saja. Kini dia justru sudah berpegangan di besi pagar pembatas jembatan, kakinya berjinjit untuk melihat sungai yang mengalir deras di bawahnya.

Marsudi langsung memegang bahu perempuan itu kencang-kencang. Yang dipegang terkejut dan langsung membalikkan badan sambil menepis tangan Marsudi.

“Lepaskan saya, Setan!”

Badalah! Kok malah Mbak mengatai saya setan, saya itu mau tanya baik-baik. Saya orang baik, bukan syaithon!” Marsudi sedikit emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun