Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rumah di Dekat Jembatan Bunuh Diri

14 Desember 2015   21:11 Diperbarui: 14 Desember 2015   21:47 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Kapan pulangnya?” bisik Marsudi. Tapi tentu saja tiada jawaban.

*****

Pada suatu malam, ketika Marsudi seperti biasa tengah menikmati kesunyian dan kegelapan di spot favoritnya di jembatan itu, matanya yang terlatih juga dibantu lampu sorot dari kendaraan yang sesekali melewati jembatan tersebut menangkap gerakan seseorang yang mondar-mandir di atas jembatan. Tingkahnya seperti orang bingung. Sebentar-sebentar dia terlihat melongokkan kepalanya melewati pagar pembatas seperti mencari-cari sesuatu. Dengan rasa ingin tahu yang besar, akhirnya Marsudi mendekati orang itu.

“Ada keperluan apa, Mbak, malam-malam begini? Mungkin ada yang bisa saya bantu?” Marsudi menyapa ramah. Dan hatinya semringah begitu mengetahui yang diajaknya bicara itu ternyata perempuan yang cukup ayu wajahnya. Lumayan buat pelipur hatinya yang lara.

Perempuan itu hanya meringis, “Nggak ada keperluan apa-apa, Mas. Saya cuma mau bunuh diri aja kok.”

Blaik, pikir Marsudi. Ngomong mau bunuh diri kok enteng sekali seperti mau beli kacang goreng saja.

“Sebentar.. sebentar, Mbaknya ini kok bercandanya ngeri banget. Seakan-akan saya ini sedang menonton film Susanna.”

“Saya nggak bercanda, Mas.”

“Jadi bener mau bunuh diri?”

“Iya,” jawab perempuan itu cuek sambil melepas sepatu yang dipakainya lalu naik ke besi pembatas jembatan yang tingginya sedada itu. Dan sebelum Marsudi bisa bereaksi, perempuan itu sudah terjun dengan gagah berani. Semua terjadi hanya dalam hitungan detik.

Marsudi terperangah. Bulu kuduknya seakan-akan rontok seketika. Bergegas dia meloncat ke atas besi pembatas jembatan dan melihat ke bawah, mencari-cari siapa tahu saja perempuan itu masih bisa diselamatkan, tapi yang dilihatnya hanya samar-samar aliran sungai yang deras. Dicobanya memanggil-manggil, tapi percuma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun