Jangan lupa pula, kita juga harus mempertimbangkan kesehatan mental anak-anak.
Tekanan dari PR yang berlebihan bisa berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Mereka bisa merasa stres, cemas, dan bahkan kehilangan minat belajar.
Sebaliknya, tanpa PR, anak-anak bisa merasa terlalu santai dan kehilangan ritme belajar yang terstruktur.
Keseimbangan adalah kunci. PR yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan dan waktu yang dimiliki anak-anak. Guru harus sensitif terhadap tanda-tanda kelelahan dan stres pada siswa, dan orang tua harus mendukung dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif di rumah.
Membangun Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar yang baik tidak terbentuk dalam semalam. Tanpa PR, mungkin anak-anak akan kesulitan membangun rutinitas belajar.
Di sini, PR berfungsi sebagai alat untuk mengajarkan manajemen waktu. Anak-anak belajar untuk mengalokasikan waktu mereka dengan bijak antara belajar, bermain, dan beristirahat.
Namun, sekali lagi, PR yang berlebihan juga bisa merusak. Jika anak-anak terlalu banyak diberi PR, mereka akan merasa terbebani dan kehilangan minat untuk belajar secara mandiri.
Oleh karena itu, PR harus diberikan dengan proporsi yang tepat dan disertai dengan bimbingan yang baik dari guru dan orang tua.
Pendidikan yang Humanis
Kita sudah sering mendengarkan ungkapan bahwa pendidikan haruslah humanis, memanusiakan manusia.