Mohon tunggu...
Arip Senjaya
Arip Senjaya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, pengarang, peneliti

Pengarang buku, esai, dan karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Seni

WS Rendra: Rindu dan Tuju

1 Oktober 2022   18:51 Diperbarui: 2 Oktober 2022   09:52 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. 

Maret 1943

Bedanya mungkin aku lirik Chairil itu terasa keras, sedangkan aku lirik Rendra itu terasa hangat dalam menyadari keengganan diri mengikuti bisikan tujuan. Mungkin salah satu sebabnya karena Chairil jauh lebih muda saat itu, puisi ini ditulis ketika ia berumur 21 tahun.

Puisi, kalau saya boleh berharap, seharusnya memang berkaitan dengan umur penyair. Tapi pada kenyataannya saya banyak temukan puisi-puisi pelajar dan mahasiswa, juga puisi-puisi dari para penyair kelahiran pertengahan 90-an (30 tahun pun belum) yang ketuaan dan kehilangan jalang sehingga mereka tampak seperti musim gugur atau pohon-pohon tua yang Rendra gambarkan tadi.

Sebagai pembaca saya hanya boleh berharap dan selanjutnya berkata: meskipun tahu/itu tak perlu. []

Sumber puisi

  • “Mancuria” WS Rendra dalam Sajak-sajak Sepatu Tua, cet. IV 1995, hal. 11, Jakarta: Pustaka Jaya
  • “Hotel Internasional, Pyongyang”, ibid., hal. 12-13.
  • “Penerimaan” Chairil Anwar dari Derai-derai Cemara, Jakarta: Yayasan Indonesia, hal. 17.
  •  

Arip Senjaya, dosen filsafat Untirta. Menulis esai, puisi, cerpen, karya ilmiah, dan sejumlah buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun