Mohon tunggu...
Cikal Gema Rinjani
Cikal Gema Rinjani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pembuatan akun ini bertujuan untuk memenuhi tugas bahasa indonesia saya dan teman-teman, terima kasih Kompasiana dan Pak Deden.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Novel: Unsur Intrinsik Laut Bercerita - Karya Leila S. Chudori

1 Maret 2023   19:57 Diperbarui: 1 Maret 2023   20:01 56774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Biografi Penulis

       Leila Salikha Chudori lahir di Jakarta 12 Desember 1962 dan menempuh pendidikan di Trent University, Kanada. Karya awal Leila dipublikasi di berbagai media (seperti di majalah Si Kuncung, Kawanku, dan Hai) sedari ia berusia 12 tahun, sehingga ia dapat dikatakan masuk ke dalam kategori sastrawan yang mengawali masa debutnya sejak anak-anak.  

        Leila pun sangat terinspirasi oleh penulis-penulis maskulin seperti James Joyce dan Jerome David Salinger.
Tahun 1989, Leila melahirkan kumpulan cerpen Malam Terakhir yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman Die Letzte Nacht (Horlemman Verlag). Kumpulan cerpen 9 dari Nadira diterbitkan 2009 (Kepustakaan Populer Gramedia) dan mendapatkan Penghargaan Sastra dari Badan Bahasa.

        Tahun 2012 Leila menghasilkan novel Pulang, yang kini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan Italia. Novel ini memenangkan Prosa Terbaik Khatulistiwa Literary Award 2013 dan dinyatakan sebagai satu dari "75 Notable Translations of 2016" oleh World Literature Today.


        Leila adalah penggagas dan penulis skenario drama televisi Drama TV berjudul Dunia Tanpa Koma dan penulis skenario film pendek Drupadi (keduanya diproduksi Sinemart), hingga kemudian Leila melahirkan Laut Bercerita yang diterbitkan pertama kali oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) pada Oktober 2017. Laut Bercerita merupakan novel fiksi-historikal yang kisahnya diangkat dari tragedi penculikan aktivis di tahun 1998.
 

Sinopsis Laut Bercerita

        Berlatar di tahun 1998 yang kelam dan gelap, Laut Bercerita mengisahkan tentang seorang mahasiswa bernama Biru Laut yang diculik oleh sekelompok orang tidak dikenal. Bersama dengan tiga temannya, ia dibawa ke sebuah tempat yang tidak dikenal dan disekap selama berbulan-bulan. Selama disekap keempat sekawan itu diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia membuka suara. Orang-orang itu ingin tahu, siapa dalang di balik gerakan aktivis dan mahasiswa kala itu.  

        Masih di tahun yang sama, keluarga Wibisono tengah menjalani aktivitas di hari Minggu seperti biasanya sembari menunggu Biru Laut pulang. Namun, meski lama menunggu Biru Laut tidak kunjung muncul. Dua tahun selang hilangnya Biru Laut secara misterius, sang adik Asmara Jati dan Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin oleh Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang. Mereka juga mempelajari kesaksian dari mereka yang kembali. Tidak hanya Asmara Jati, kekasih Laut, Anjani dan juga orang tua serta istri aktivis yang hilang turut menuntut kejelasan nasib anggota keluarga mereka.

        Sementara itu, dari dasar laut yang sunyi, Biru Laut bercerita kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.

 A. Unsur Intrinsik

        Unsur intrinsik adalah unsur di dalam novel yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai pembaca ketika membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel dapat dikatakan sebagai elemen utama yang akan membentuk suatu novel yang secara umum terdiri atas tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

1. Tema

     1) Tema Utama

         Tema mayor dalam novel Laut Bercerita adalah legitimasi. Dalam novel ini bercerita tentang legitimasi negara pada masa Orde Baru terhadap rakyat yang menyebabkan rakyatnya tertindas. Seperti pada kutipan dibawah ini:

  • "Seperti juga kata pahlawan," kata Bram. "Banyak sekali orang-orang yang diangkat menjadi pahlawan di masa Orde Baru ini, yang mungkin suatu hari bisa saja dipertanyakan apa betul mereka memang berjasa dan berkontribusi. Tetapi kau benar, dalam perjuangan definisi antara pahlawan dan pengkhianat harus jelas. Suatu hari pahlawan atau bandit tak boleh hanya ditentukan karena kekuasaan rezim."

     2) Tema Minor

          Tema minor yang pertama dalam novel Laut Bercerita adalah perjuangan. Dalam novel ini bercerita tentang perjuangan sekelompok orang yang terdiri atas mahasiswa dan masyarakat sipil yang memperjuangkan keadilan dengan cara melakukan aksi dan diskusi untuk lepas dari Orde Baru yang memimpin lebih dari sepuluh tahun dengan sewenang-wenang. Seperti pada kutipan dibawah ini:

  • "Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan ini, Laut."

2. Alur

     Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran (maju dan mundur).  

     Dibagian awal cerita pembaca akan mendapati alur maju. Pada bagian ini pembaca diajak untuk mengenal sosok-sosok dalam organisasi winatra dan sebuah tradisi dari keluarga Biru Laut. Dipertengahan cerita pembaca akan mendapati alur mundur. Pada bagian ini pembaca diajak mengetahui perjuangan para aktivitis dalam mengubah negeri ini dan siksaan-siksaan yang didapatnya. Sedangkan dibagian akhir pembaca akan mendapati alur maju. Pada bagian ini akan mengkisahkan perjuangan Asmara Jati dalam mencari jejak Biru Laut dalam para aktivitis yang dihilangkan secara paksa. Seperti kutipan dibawah ini:

  • "Selama ini aku tak mampu membicarakan pesan Laut padamu, karena hal itu mengingatkan hari-hari kami disekap dibawah tanah. Maafkan cukup lama ini semua kusimpan." Alex menarik kursinya ke hadapan kursiku. Dia memegang tangan ku dan menghela napas."
  • "Aku sudah menceritakan kepada keluargamu ketika kami disekap dikerangkeng bawah tanah. Ada dua hal yang belum kuceritakan, karena terlalu mengganggu tidurku... Daniel dan aku hampir tak pernah meceritakan masa-masa kelam itu bukan karena kami takut, tetapi karena terlalu menusuk. Sudah empat tahun kami menyimpan sendiri kisah keji ini... Aku rasa sudah waktunya aku berbagi denganmu."  

        Pada kutipan diatas berisi pengakuan Alex terhadap media, orang tua Laut dan Asmara Jati yang mencari tau tentang apa yang terjadi. Cerita kemudian dilanjutkan pada tahun 2007 ketika para keluarga dan sahabat berorasi menuntut HAM dihadapan Istana Negara setelah presiden Soeharto dilengserkan.

3. Latar

     Latar dalam artikel terbagi menjadi 3, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

     Latar tempat yang digunakan dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori menggunakan latar tempat sebagai berikut :

a. Rumah tokoh Alex

  • Tempat tinggal Alex adalah sebuah paviliun kecil yang terpisah dari rumah utama di kawasan Jagakarsa. Setelah menekan bel, aku duduk meletakkan ranselku dan menatap paviliun berwarna serba putih dengan jendela kayu berwarna hijau daun, persis seperti rumah mungil dalam dongeng Disney. Ada sekitar tujuh atau delapan tanaman gantung suplir yang membuat paviliun itu lebih segar.

        Kutipan di atas menyebutkan bahwa tokoh Laut sedang memberi gambaran mengenai rumah tokoh Alex, yang bagaikan rumah mungil dalam dongeng fiksi. Sementara menunggu sang tuan rumah mempersilakannya masuk, tokoh Laut sudah terlebih dahulu duduk dan meletakkan ransel yang dibawanya.

b. Rumah hunian

  •  Tentu saja lokasi Seyegan di Desa Pete Margodadi Godean ini adalah sebuah pilihan tepat. Lokasi rumah hantu ini terlalu gila jauh dari tengah kota, dari kampus, atau sebutlah jauh dari peradaban. Namun di mata Kinan, ini sebuah lokasi yang strategis. Kami akan merasa aman melakukan berbagai kegiatan diskusi mahasiswa dan aktivis hingga persiapan pendampingan petani di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

        Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut sedang mendeskripsikan lokasi strategis dan aman untuk dijadikan tempat dalam melakukan kegiatan diskusi mahasiswa dan aktivis mengenai buku terlarang, salah satunya seperti karya Pramoedya Ananta Toer.

c. Rumah makan

  • Aku senang sekali ketika Kinan mengusulkan warung ini karena situasi kantongku sedang menipis, dan Bu Retno selalu bersedia memotong satu dada ayam goreng nan lezat itu menjadi dua agar kami bisa membayar separuhnya saja.

        Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut merasa sangat senang ketika tokoh Kinan menyarankan warung bu Retno yang  

akan selalu bersedia memberikannya satu potong dada ayam goreng, sekalipun dalam keadaan kantong yang menipis.

d. Mobil  

  • Aku didorong masuk ke dalam mobil. Kiri kananku adalah Manusia Pohon dan Manusia Raksasa yang biasa menjemput teman-temanku satu per satu entah ke mana. Sedangkan si Mata Merah jelas duduk di depan karena aku bisa mencium aroma kretek dan sesekali dengusannya jika si supir menyetir terlalu lamban. "Kita akan ke mana?" "Ke laut, sesuai namamu. Ke kuburanmu!".

        Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut didorong masuk ke dalam mobil dan diapit oleh dua manusia kekar. Kemudian dibawanya Ia ke suatu tempat yang bernama sama dengannya, yakni Laut.

     Latar waktu yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori menggunakan latar waktu sebagai berikut :

a. Sore hari

  • Hari itu, aku tiba tepat pukul lima sore di depan pintu rumah. Di sebuah hari Minggu matahari senja yang menggelincir mengusap-usap jendela yang dinaungi pohon kemboja kuning.  

b. Lusa

  • "Skripsimu dan skripsi Alex sudah dibawa Asmara beberapa bulan lalu, dibaca oleh Pak Gondo. Rupaya beliau menyampaikan pada Pak Dekan dan meminta dispensasi agar Alex dan kau menjalani ujian tertutup. Dan...ini..." Julius mengeluarkan sebuah tiket dari kantungnya dengan tangan kiri, karena tangan kanannya sedang digunakan untuk makan, "kau harus segera berangkat karena lusa adalah hari sidangmu."

c. Kemarin

  • Yang aku ingat, beberapa jam lalu, atau mungkin kemarin ketika mereka meringkusku adalah tanggal 13 Maret 1998, persis bertepatan dengan ulang tahun Asmara.

d. Malam hari

  • Malam ini, setelah tiga bulan tak bersua, akhirnya kami semua bersiap mengelilingi meja makan yang ditata dengan rapi oleh Bapak.

     Latar suasana yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori menggunakan latar suasa sebagai berikut :

a. Khawatir

  • "Ibu jangan khawatir. Kami berdiskusi dengan aman..." Aku membantu mengangkat piring ke basin dan menghindari pandangan Ibu yang mulai berkaca-kaca.

b. Kecewa

  • Aku berdiri dan sekilas melirik kedua orang tuaku yang menatapku dengan wajah yang tak bisa kubaca. Sedih? Kecewa? Aku tak tahu. Akhir-akhir ini aku tak mampu membaca apa yang ada dalam pikiran Bapak dan Ibu.

c. Takut

  • Suara debur jantungku seolah bersatu menjadi sebuah orkestra rasa takut kami bersama.

d. Santai

  • Aku menghela napas melihat Ibu dan Bapak dengan santai mendengarkan berita itu sambil mengiris-iris nangka muda dan memeras kelapa. Mbak mar hanya melirik padaku dan memahami betapa sulitnya kami berkomunikasi, khususnya jika topik pembicaraan yang menyangkut Mas Laut.

e. Tegang

  • "Ya, seperti biasanya, tersenyum-senyum pahit. Padahal kami bertiga tegang dan siap menghadapi risiko apa pun. Tapi dia kan memang sering begitu, cengar-cengir seolah tak bersalah dan tak ada beban. Anti klimaks.".

f. Panik

  • Ibu tampak setengah panik, mungkin mengira si Dandung Gondrong itu pemakai morfin mengingat kedua lengan yang kurus dengan kemeja yang dilinting itu.

g. Takjub

  • Ketika Asmara mengajak Dandung mengerjakan pekerjaan rumah fisik bersama di ruang tengah, kami semakin takjub.  

h. Mencekam

  • Ketika terdengar bentakan tentara yang mulai menyisir rumah petani paling ujung, Kinan memberanikan diri mengintip jendela  dan langsung menuju lampu teplok. Dia mematikannya satu per satu. Kini kami duduk di atas tikar dalam keadaan gelap dan  mencekam.

i. Gaduh

  •  Di antara kegaduhan itu, aku hanya bisa menangkap cerita bahwa ibunda Sunu kami biasa memanggilnya Bu Arum yang biasa membatik mengatakan, dia yakin Sunu diam-diam mampir ke rumahnya.

j. Bergurau

  •  Beberapa kali aku menyampaikan, dengan setengah bergurau, para aktivis tak perlu bermimpi Indonesia akan pernah mengalami People's Power seperti EDSA.

4. Tokoh dan Penokohan

     Tokoh Biru laut

              Tokoh Biru Laut digambarkan sebagai tokoh yang pekerja keras, penuh semangat, pencemas, serta pemberani dalam memperjuangkan suatu hal yang dianggapnya benar.

Pekerja Keras dan Penuh Semangat

  • "Sejak peristiwa menghilangnya Ibu Ami, aku mengatakan pada Bapak bahwa aku tak bisa diam saja melihat keadaan seperti ini. Jawaban Bapak, itulah sebabnya kita dilahirkan sebagai orang Indonesia. Kalimat Bapak melekat dalam diriku hingga kini itu kuartikan bahwa kita harus selalu mencoba berbuat sesuatu, meyalakan sesuatu, sekecil apapun dalam kegelapan di negeri ini."

         Kutipan diatas menggambarkan bahwa Laut memiliki sifat pekerja keras dan penuh semangat, ia akan selalu mencoba untuk mewujudkan keinginannya.

Cemas/Khawatir

  • “Tiba-tiba saja ruang makan menjadi sepi dan tak nyaman. Aku membayangkan semua kawan-kawanku mana mungkin mereka intel. Naratama? Itu lain lagi. Dia memang menyebalkan. Tapi intel?"
  • "Aku tidak menjawab, karena sebetulnya mulai bulan depan memang secara resmi kutinggalkan. Asmara dan aku berputar-putar debat soal geografi dan lokasi, tapi sesungguhnya dia sedang menegur kegiatanku yang menyerempet bahaya.”

         Kutipan diatas menggambarkan bahwa Laut memiliki sifat pencemas, ia selalu berimjinasi dan selalu mencemaskan orang-orang disekitarnya.

Pemberani

  • "Peristiwa ini sama sekali tak mengurangi militansiku, atau kawan-kawan yang lain, aku melirik Julius yang sedari tadi tak bersuara."
  • "Gerakan mahasiswa ginatra sudah dideklarasikan secara serentak dibeberapa kota. Kaki rasanya gatal jika kami hanya berdiskusi sepanjang abad tanpa melakukan tindakan apapun."

         Kutipan diatas menggambarkan bahwa Laut memiliki sifat pemberani, ia tidak takut akan apapun sekalipun itu mengancam keselamatan dirinya sendiri.

     Tokoh Kasih Kinanti

               Tokoh Kasih Kinanti digambarkan sebagai tokoh yang selalu optimis, memiliki jiwa pemimpin, serta bijaksana dalam berpikir.

Optimis

  • "Indonesia tidak memerlukan AS, Laut. Cukup kelas menengah yang melek politik dan aktivis yang tak lelah menuntut. Untuk itu, kita harus lihat kekompakan perlawanan mahasiswa pada peristiwa Kwangju." Demikian jawab Kinan dengan penuh semangat."

         Kutipan di atas menggambarkan bahwa Kinan merupakan orang yang sangat optimis, ia sangat yakin akan pemikirannya dan yakin akan berhasil melawan musuhnya.

Pemimpin

  • Aku meninggalkan keduanya yang masih beradu pendapat dan menjenguk dapur di belakang yang menghadap kebun pemilik rumah ini juga meninggalkan sebuah kompor, sebuah lemari piring dan sebuah meja makan yang mungkin lebih sering digunakan untuk mengelola bahan makanan, "Aku rasa kita ambil saja, Laut. Enam juta rupiah setahun, jadi lebih murah daripada Palem Kecut," kata Kinan mengingat harga sewa di tempat kami sebelumnya. "Ini tempat busuk cari yang lain saja!" kata Daniel dengan wajah masam. "Lokasi sangat jauh dari mana-mana, banyak yang harus direnovasi dan sudah jelas kita tidak punya dana sebesar itu"

        Kutipan di atas menggambarkan bahwa Kinan memiliki sifat pemimpin, banyak yang setuju dengan keputusan yang ia buat. Ia juga kerap ditanyakan mengenai langkah yang harus dilakukan selanjutnya.

Bijaksana

  • Kinan menatap wajah Daniel yang tampaknya belum puas berteater. "Justru itu kelebihannya, karena rumah hantu ini tersembunyi, kita akan aman. Rasanya para lalat itu akan sukar menemukan desa ini. Kita bebas mendiskusikan buku siapa saja, apakah karya Laclau atau Ben Anderson, atau bahkan novel pak Pramoedya akan menghirup udara merdeka di sini."

         Kutipan di atas menggambarkan bahwa Kinan sangat bijak, ia selalu turut andil dalam setiap proses pengambil keputusan yang diperlukan.

     Tokoh Asmara Jati
               Tokoh Asmara Jati digambarkan sebagai tokoh yang cerdas, bijaksana, serta tangguh dalam menghadapi setiap keadaan.

Cerdas

  • "Bagi Asmara, bahasa dan sastra adalah misteri ciptaan manusia. Sedangkan sains, fisika, kimia, apalagi biologi dan ilmu alam mengandung misteri yang wajib diungkap manusia."

        Kutipan di atas menggambarkan bahwa Asmara merupakan orang yang cerdas, ia cukup menguasai berbagai macam bidang.

Perasa

  • "Aku mencoba menyampaikan sebuah pendapat yang paling realistis, yang kusampaikan dengan halus agar tak merontokkan tubuh Anjani yang sudah tipis dan ringkih termakan kesedihan itu. "...Anjani menggeleng-geleng dengan kencang. Air matanya mulai mengalir dan digosoknya dengan kasar."

         Kutipan diatas menggambarkan bahwa Asmara memiliki sifat perasa, ia sangat berhati hati dalam menyampaikan sesuatu. Ia tidak ingin melukai orang lain dengan kata-katanya.

Tangguh

  • "Tanda-tandanya bagaimana Jan?" Aku berupaya menekankan kegelisahanku membayangkan nasib abangku dan nasib Alex."  

         Kutipan di atas menggambarkan bahwa Asmara merupakan orang yang tangguh, ia mampu menahan dan menerima kesedihan atas nasib kakaknya yang berada diambang kematian.

    Tokoh Anjani
                Tokoh Anjani digambarkan sebagai tokoh yang merupakan kekasih Biru Laut dan perempuan yang sangat pintar dalam membuat sketsa gambar. Ia mempunyai tiga kakak laki-laki yang amat perhatian dan protektif pada dirinya. Anjani adalah perempuan pertama yang dapat mencairkan hati Laut, terlebih saat pertama kali mereka berjumpa. Anjani merupakan sosok yang percaya diri, intens, dan perpendirian teguh. Ketika ia bersiteguh untuk terlibat, dia akan betul betul terlibat sepenuhnya pada apapun dan siapapun yang ia kasihi.

     Tokoh Naratama
                Tokoh Naratama merupakan aktivis mahasiswa dan teman Laut yang digambarkan sebagai sosok yang cerdas, suka mengkritik, mencela dan mencemooh orang lain. Ia sering kali dianggap sebagai sosok yang negatif akibat sikap ceplas-ceplosnya.

     Tokoh Gusti Suroso
              Tokoh Gusti digambarkan sebagai tokoh yang menggiati ranah fotografi, ia berwatak dingin dan dermawan. Gusti digadang-gadang menjadi pengkhianat dalam novel ini.


     Tokoh Alex Perazon
                Tokoh Alex merupakan teman seperjuangan Laut semenjak awal kuliah digambarkan sebagai tokoh yang berwatak baik, sensitif dan sopan. Alex juga merupakan kekasih dari adiknya Laut, yakni Asmara Jati, ia juga digambarkan mempunyai suara yang merdu dan berbakat di bidang fotografi.
 
    Tokoh Daniel Tumbuan
               Tokoh Daniel merupakan aktivis mahasiswa dan teman Laut yang digambarkan sebagai sosok yang kritis, cerewet, manja, dan suka mengeluh. Ia kerap kali mengeluhkan hal-hal kecil yang terjadi disekitarnya,

    Tokoh Sunu Dyantoro
               Tokoh Sunu merupakan merupakan aktivis mahasiswa sekaligus teman seperjuangan Laut semenjak awal kuliah. Sunu digambarkan sebagai tokoh yang bijaksana, pendiam, suka membantu, dan perhatian.

    Tokoh Bapak  
                Tokoh Bapak digambarkan sebagai tokoh yang penyayang, lembut, dan pemberani.

    Tokoh Gala Pranaya  
                Tokoh Gala Pranaya digambarkan sebagai tokoh yang pemberani, tidak mudah putus asa, dan bijaksana.  


   Tokoh Ibu  
                Tokoh Ibu digambarkan sebagai tokoh yang pekerja keras, lembut, dan penyayang terhadap anak-anak dan lingkungan sekitarnya.

 
    Tokoh Arifin Bramantyo
                Tokoh Bram merupakan aktivis mahasiswa dan teman Laut digambarkan sebagai tokoh yang santun, pemberani, dan memiliki sikap semangat yang tinggi.  

    Tokoh Empat Sekelompok Penjahat  
                 Tokoh Empat Sekelompok Penjahat digambarkan sebagai tokoh yang kejam dan licik.

    Tokoh Para Intel

                     Tokoh para intel digambarkan sebagai orang-orang keji yang tak punya perasaan atau tak berperikemanusiaan.

 5. Sudut Pandang

          Novel ini ditulis dalam sudut pandang orang pertama dari kedua karakter berbeda yaitu Biru Laut Wibisono dan Asmara Jati.  

1) Biru Laut Wibisono

     Laut menceritakan tentang perjuangannya sebagai mahasiswa yang ingin merubah Indonesia menjadi lebih baik dengan menentang kebijakan masa orde baru  dimana masa itu rakyat Indonesia tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat. Laut juga menceritakan kegiatan winatra dan wirasena aksi-aksi yang ingin dilakukan namun banyak rintang yang mereka hadapi, serta menceritakan kekejaman para Aparat pada masa itu.

Contoh kutipan Biru Laut sebagai sudut pandang orang pertama:

  • "Setelah hampir tiga bulan disekap dalam gelap, mereka membawaku ke sebuah tempat. Hitam. Kelam. Selama tiga bulan mataku dibebat kain apak yang hanya sesekali dibuka saat aku berurusan dengan tinja dan kencing".
  •  "Aku mengenal Kasih Kinanti setahun lalu di kios Mas Yunus, langganan kami berbuat dosa. Disanalah kawan-kawan sesama pers mahasiswa diam-diam menggandakan beberapa bab novel Anak Semua Bangsa dan berbagai buku terlarang lainnya".

  2) Asmara Jati

        Asmara menceritakan perjuangannya dalam mencari sang kakak dan teman-teman aktivis yang hilang. Asmara bersama teman-teman serta keluarganya berjuang untuk mangungkap kebenaran dan mendapatkan keadilan untuk sang kakak dan aktivis-aktivis yang hilang dari pemerintah.

Contoh kutipan Asmara Jati sebagai sudut pandang orang pertama:

  • "Pada saat inilah aku selalu ingin menghambat Bapak dari keinginannya yang sia-sia itu. Dia pasti mengambil empat buah piring makan dan meletakkannya satu persatu di atas meja makan."
     

6. Gaya Bahasa

     1) Majas Simile

         Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit dengan cerminan kata yaitu: seperti, sama, sebagai, bagaikan, dan laksana.

Majas simile ini ditemukan pada kutipan berikut:  

  • "Manusia, binatang, dan segala makhluk hidup akan tenggelam. Karena itu, aku mengira begitu aku tenggelam, kematianku akan menghasilkan guncangan besar. Atau bak Dewi Kali yang perlahan menarik nyawaku dari tubuh seperti seuntai benang yang perlahan-lahan ditarik dari sehelai kain tenun. Tenang tapi menghasilkan rasa yang tak seimbang".

         Pada ungkapan yang pertama menggambarkan perasaan tokoh Laut yang melihat kematiannya secara nyata dan dia merasakan seperti nyawanya ditarik perlahan dari tubuhnya dengan seuntai benang yang perlahan ditarik dari sehelai kain tenun.

  •  "Tentang ibu yang pernah mengatakan karakter kami seperti langit dan bumi meski berasal dari rahim yang sama".

           Pada ungkapan yang kedua, tokoh Laut mengatakan bahwa dirinya dan adiknya bagaikan langit dan bumi yang dimana memiliki perbandingan yang begitu jauh namun berasal dari satu sumber kelahiran yang sama. Dua ungkapan di atas dapat dikatakan bahwa gaya bahasa simile menjadi salah satu gaya bahasa yang sering digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang sama dengan hal lain.

     2) Majas Litotes

          Litotes adalah gaya bahasa yang dipakai untuk mengecilkan suatu keadaan dengan tujuan merendah.

Majas litotes ini ditemukan pada kutipan berikut:  

  • "Aku bukan Naratama yang fasih atau Gusti yang sadar akan senyumnya yang magnetik bagi para perempuan. Aku bakal menjadi patung begitu berhadapan dengannya".

         Kalimat di atas menunjukkan bahwa senyuman temannya yang lebih memikat daripada tokoh utama Laut, sehingga menggunakan kata patung seolah-olah tidak ada unsur yang bisa memikat lawan jenis ketika berbicara.

     3) Majas Metafora

          Metafora adalah analogi atau perumpamaan yang membandingkan dua hal berbeda. menggunakan kata: seperti, bak, bagai, dan bagaikan.
Majas metafora ini ditemukan pada kutipan berikut:

  • "Karena peristiwa penangkapan para aktivis masih saja menggelayuti Yogyakarta, membawa-bawa fotokopi buku karya Pramoedya Ananta Toer sama saja dengan menenteng bom; kami akan dianggap berbahaya dan pengkhianat bangsa.".  

         Pada ungkapan yang pertama dapat dijelaskan gaya bahasa metafora yang memiliki pengertian perbandingan yang singkat dari pokok pertama ke pokok kedua ini terlihat bagaimana membawa sebuah fotokopi buku karya sastrawan ternama Indonesia seperti sebuah bom yang menjadi hal yang paling berbahaya dan dihubungkan pada sebuah pengkhianatan.

  • "Sunu Daryanto adalah sahabat pertama yang datang dalam hidupku seperti angin segar di musim kemarau. Tanpa perlu banyak bicara dan tak pernah bertukar ceracau, Sunu dan aku saling memahami dalam diam".

        Pada ungkapan yang kedua terlihat bahwa perbandingan antara bentuk perilaku tokoh Sunu Daryanto yang dihubungkan dengan situasi lingkungan.  

     4) Majas Repetisi

          Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Majas repetisi ini ditemukan pada kutipan berikut:

  • "Menangani Daniel dan karakternya yang berapi-api tentu saja tidak mudah. Kesalahan sekecil apapun dalam hidup ini mudah membuatnya gelisah".
  • "Matilah engkau mati, engkau akan lahir berkali-kali.".
  • "Aku bertemu Laut waktu dia sedang diplonco Kinan, sembari menyambung kalimatnya dengan serangkaian tawa yang terkekeh-kekeh seakan-akan ada yang lucu dari ucapannya".  

     5) Majas Personifikasi

          Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah hidup dan memiliki sifat-sifat kemanusiaan.

Majas personifikasi ini ditemukan pada kutipan berikut:

  • "Aroma bumbu campuran kunyit, kemiri, dan daun jeruk yang dipadu santan cair itu bukan hanya merangsang hidungku, tetapi juga mendorong langkahku menuju dapur.".

        Kutipan di atas menggambarkan sebuah benda mati yaitu aroma bumbu yang dapat menimbulkan reaksi indra perasa dan penggerak tubuh yang biasanya muncul dari dalam diri karena sebuah motivasi akan sebuah perilaku atau penggerak dari sebuah perilaku. Namun menggunakan aroma bumbu dari campuran aneka bahan masakan menjadikan reaksi indra yang tidak biasa.

  • "Sang Penyair bercerita bagaimana puisi dan naskah drama bukan hanya terdiri dari sederetan kata-kata cantik, tetapi kata-kata yang memiliki ruh untuk menerjang kesadaran kita agar berpikir dan bergerak".

         Kalimat di atas dikategorikan sebagai majas pesonifikasi karena memberi sifat insani pada benda mati. Kata puisi dan naskah drama yang dikatakan memiliki roh seperti layaknya manusia digunakan untuk menggambarkan sebuah penyadaran untuk tetap bergerak dan berpikir.

     6) Majas Sinekdoke

          Sinekdoke adalah semacam bahasa yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.

Majas sinekdoke ini ditemukan pada kutipan berikut:  

  • "Begitu kumasuki lorong yang menghubungkan ruang depan dengan belakang, cuping hidungku diserang aroma pesing yang memualkan".

         Pada contoh kalimat pertama dapat dilihat penggunaan kata cuping hidungku, bagian tubuh yang mewakili keseluruhan tubuh untuk menyatakan sebuah reaksi dari situasi yang dialami saat itu.

  • "Sedangkan para seniman Taraka yang diperkenalkan kepadaku adalah Abiyasa, Hamdan Murad, dan Coki  Tambunan".

          Pada kalimat kedua di atas, ketiga nama tersebut mewakili dari keseluruhan anggota dari seniman Taraka yang disebutkan sebelumnya.  

    7) Majas Hiperbola

         Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal.

Majas hiperbola ini ditemukan pada kutipan berikut:

  • "Kami melahap semuanya, dari koran hingga buku-buku, dari komik wayang hingga buku-buku klasik karya semua penulis Eropa dan Amerika Latin yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia".

        Kalimat pertama menggunakan kata melahap dari apa yang dibaca, yang seharusnya kata melahap digunakan untuk aktivitas memasukan makanan ke dalam.

  • "Bram yang memang ahli merangkai kata dan pandai membuat hati mekar itu berhasil meruntuhkan keraguan ayahnya"

         Pada kalimat kedua seorang tokoh Bram yang dikatakan memiliki kemampuan dalam merangkai sebuah kata yang dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan pada lawan bicara.

     8) Majas Hipalase

          Hipalase adalah gaya bahasa gaya bahasa yang menggunakan ungkapan yang seharusnya digunakan untuk kata lain dari yang sebenarnya dimaksud.

Majas hipalase ini ditemukan pada kutipan berikut:

  • "Sunu sering betul mengatakan betapa hangatnya rumahku, betapa ramahnya orang tuaku, dan betapa Sunu tak ingin pergi dari dapur karena masakan ibu yang membuat lidah yang beku menjadi hidup saking nikmatnya". 

        Jika diperhatikan dari kalimat pertama kata beku seharusnya dipergunakan pada bentuk sebuah es, namun kata beku yang digunakan pada lidah untuk menggantikan kata lain yang seharusnya menandakan kondisi sebuah lidah. Pengarang menggunakan gaya bahasa hipalase pada kalimat berikut.  

  • "Alex memang selalu cerdas dan selektif mengambil momen. Dia juga sering berhasil merogoh jiwa orang yang dipotretnya".

          Pada kalimat diatas ini kata merogoh digunakan pada kondisi melakukan pengambilan pada suatu benda dalam suatu tempat. Namun kata merogoh di sini menggantikan kata lain yang seharusnya lebih baik digunakan, misalnya menarik.  
 

7. Amanat

     Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori memang terlihat fiksi, tetapi nyatanya perjuangan yang dilakukan oleh Laut dan kawan-kawannya adalah aksi nyata, yang mana hal itu sebelumnya terjadi pula di lazim orde baru tahun 1998. Tentunya ada langkah panjang yang tidak mudah dari para pejuang yang mereka perjuangkan demi bangsa yang lebih baik di masa itu serta di masa depan. Para pejuang rela untuk jatuh lalu bangkit lagi dengan harapan agar kelak di masa mendatang semua dapat berubah menjadi lebih baik. Dari semua perjuangan tersebut, banyak yang dapat kita petik dan teladani serta mensyukuri dengan kehidupan sekarang ini, yang mana lebih baik dari masa sebelumnya. Berikut amanat yang dapat kita petik dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori:

-Jangan pernah takut untuk berjuang melawan ketidakadilan walaupun berkali-kali harus menerima kekerasan dan penyiksaan.

-Jangan pernah menyerah dalam memperjuangkan sesuatu yang patut untuk diperjuangkan.

-Jangan mudah percaya dengan orang lain walaupun itu teman sendiri karena bisa jadi orang terdekatlah yang menjadi musuh dalam selimut.

     Secara garis besar, novel ini mengajarkan kita untuk tidak takut dalam berjuang melawan ketidakadilan dan berusaha mendapatkan hal yang sudah sepatutnya didapatkan, serta mengajarkan kita bahwa sepahit apapun suatu kenyataan, pasti memiliki akhir yang manis. Percayalah bahwa selalu ada hikmah yang dapat dipetik dari segala peristiwa yang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun