a. Sore hari
- Hari itu, aku tiba tepat pukul lima sore di depan pintu rumah. Di sebuah hari Minggu matahari senja yang menggelincir mengusap-usap jendela yang dinaungi pohon kemboja kuning. Â
b. Lusa
- "Skripsimu dan skripsi Alex sudah dibawa Asmara beberapa bulan lalu, dibaca oleh Pak Gondo. Rupaya beliau menyampaikan pada Pak Dekan dan meminta dispensasi agar Alex dan kau menjalani ujian tertutup. Dan...ini..." Julius mengeluarkan sebuah tiket dari kantungnya dengan tangan kiri, karena tangan kanannya sedang digunakan untuk makan, "kau harus segera berangkat karena lusa adalah hari sidangmu."
c. Kemarin
- Yang aku ingat, beberapa jam lalu, atau mungkin kemarin ketika mereka meringkusku adalah tanggal 13 Maret 1998, persis bertepatan dengan ulang tahun Asmara.
d. Malam hari
- Malam ini, setelah tiga bulan tak bersua, akhirnya kami semua bersiap mengelilingi meja makan yang ditata dengan rapi oleh Bapak.
   Latar suasana yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori menggunakan latar suasa sebagai berikut :
a. Khawatir
- "Ibu jangan khawatir. Kami berdiskusi dengan aman..." Aku membantu mengangkat piring ke basin dan menghindari pandangan Ibu yang mulai berkaca-kaca.
b. Kecewa
- Aku berdiri dan sekilas melirik kedua orang tuaku yang menatapku dengan wajah yang tak bisa kubaca. Sedih? Kecewa? Aku tak tahu. Akhir-akhir ini aku tak mampu membaca apa yang ada dalam pikiran Bapak dan Ibu.
c. Takut
- Suara debur jantungku seolah bersatu menjadi sebuah orkestra rasa takut kami bersama.
d. Santai
- Aku menghela napas melihat Ibu dan Bapak dengan santai mendengarkan berita itu sambil mengiris-iris nangka muda dan memeras kelapa. Mbak mar hanya melirik padaku dan memahami betapa sulitnya kami berkomunikasi, khususnya jika topik pembicaraan yang menyangkut Mas Laut.
e. Tegang
- "Ya, seperti biasanya, tersenyum-senyum pahit. Padahal kami bertiga tegang dan siap menghadapi risiko apa pun. Tapi dia kan memang sering begitu, cengar-cengir seolah tak bersalah dan tak ada beban. Anti klimaks.".
f. Panik
- Ibu tampak setengah panik, mungkin mengira si Dandung Gondrong itu pemakai morfin mengingat kedua lengan yang kurus dengan kemeja yang dilinting itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!