Mohon tunggu...
Arifin Indra Sulistyanto
Arifin Indra Sulistyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati * Narasumber * Konsultan * Advisor * Assessor * Ilustrator

Telah belajar dan mengalami, terus belajar untuk mengerti dan memberi, ijinkan hamba berbagi literasi , menanti hingga datangnya senja hari. Menulis ibarat melukis kata dengan kuas, media kertas bagai kanvas, fiksi adalah warna bebas. Hitam dan putih adalah fakta dengan batas tegas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aksara Jawa: Hanacaraka adalah Kalimat Pangram yang Sempurna

22 Mei 2022   12:35 Diperbarui: 7 Juni 2022   15:39 2231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Aji Saka dengan perasaan sedih memakamkan kedua pengawal setianya itu di kawasan padepokan, di daerah pinggiran Kerajaan Medhang Kawulan.

Sampai disitu, sang mama paham karena cerita kisah Aji Saka yang disampaikan gurunya Indra di kelas, sama dengan yang telah gurunya dulu ketika di SMP.

Karena sang mama akan menyiram tanaman, maka sepakat untuk dilanjutkan lain waktu.

***

Ketika melihat Indra sedang santai melihat TV di ruang tengah, ibunya mendekat dan duduk disampingnya mengajak meneruskan pembahasan legenda Aji Saka.

" Nak, bagian mana yang menurut Yangkung, kamu mempunyai pendapat yang menarik?" Sang ibu tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

" Baiklah, jika Mama masih penasaran dengan Aji Saka !" Celetuk anaknya dengan datar.

" Karena dulu para murid SMP tidak bisa mencari refensi di medsos dengan cepat "

" Akibatnya tidak bisa punya referensi dari sumber kedua, tidak bisa mendebat apalagi menganalisa dan mengambil perbandingan."

" Jaman sekarang, dengan adanya search engine, maka setiap topik yang dibahas di sekolah bisa jadi besoknya ditanyakan kembali oleh muridnya kepada gurunya disertai dengan serentetan referensi."

" Sayangnya, legenda Aji Saka sudah keburu mendominasi pikiran murid jaman dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun