"Uang ini terlalu besar Bu." Bunda Ima tersenyum melihat kekhawatiran dari raut wajah Farid.
"Ambil saja ibu ikhlas. Kamu tahu besarnya uang ini tidak ada nilainya di bandingkan dengan kebesaran hatimu, Jagalah selalu dimanapun kamu berada."
"Terima kasih atas nasehat ibu, tapi sekali lagi mohon maaf sy tidak bisa menerimanya."
"Baiklah kalo begitu, ibu tidak akan memaksa"
Sekejap hayalan Ima menerawang jauh berada disebuah padang pasir luas tengah kehausan, lalu tiba seorang pria gagah menaiki kuda menolongnya dan pria itu adalah Farid. Hayalan itu hilang sekejap tatkla ibunnya memanggil.
"Ima.., ayo jangan lupa barangnya dibawa."
Selang beberapa jam kemudian, sebuah kantong plastik berwarna merah tertinggal di samping gerobaknya Farid. Farid menduga barang ini adalah milik bu Salma yang tadi membeli es. Timbul inisiatif untuk mencari alamat bu Salma. Dikeluarkannya sebuah kartu nama dari sakunya yang pernah diberikan kepadanya. Setelah menutup dan merapikan gerobaknya. Farid pun mencari alamat bu Salma, dengan cepat dia memacu motornya menyisiri jalan mencari alamat yang dituju. Setibanya di komplek perumahan karasidenan, Â perumahan elit yang dimiliki oleh para konglomerat yang besarya seperti Istana raja. Â Sejenak matanya tertegun melihat kemegahan rumah-rumah tersebut, dalam hatinya berkata "Ya Allah permudahlah hisab ku, jangan kau hisab aku karena harta haram yang ku peroleh, Amin" Â
Hari sudah mulai gelap, alamat yang dicaripun tak kunjung ketemu. Adzan maghrib telah berkumandang. Dia pergi menuju masjid terdekat yang terletak di ujung jalan komplek. Sejenak dia hempaskan tubuh di lantai masjid, sambil melihat jam tangannya. Terbayang dengan padatnya kegiatannya di kampus dan di lingkungan, membuat dia harus menjadwal ulang agendanya. Tidak lama kemudian komat berkumandang dia segera bergegas berwudu dan sholat. Selesai melaksanakan sholat, saat hendak keluar dari pintu gerbang masjid, tampak sosok wanita berjilbab yang dia kenal, dan benar saja wanita itu adalah Ima. Farid segera berlari mendatanginya.
"Alhamdulillah akhirnya ketemu juga..!"
"Siapa 'tu ka Im..?" Tanya Sheila sang adik.
"Ga kenal..!"