"Ini makanlah."
"Lalu kamu bagaimana?" tanyaku.
"Kau tidak perlu memikirkan aku. Aku masih kenyang."
"Baiklah kalau begitu." Kuhabiskan nasi bungkus itu dengan lahap tanpa tersisa sedikitpun,
"Aneh tak biasanya aku makan selahap ini!" .
"Mungkin karena rasa lapar yang membuatmu seperti itu."
"Yan, terima kasih ya atas semuanya. Tapi aku harus kembali melanjutkan perjalananku." Ungkapku.
"Mau kemana kamu, malam sudah semakin larut, lagi pula berbahaya bagi seorang gadis seperti kamu berjalan sendirian di malam hari. Tinggalah beberapa hari disini. Rumah ini memang tidak besar tapi cukuplah untuk berdua. Kau bisa tidur di tempat tidur kalau mau, biar aku di sofa." terang Yance
"Tidak-tidak, biar aku saja yang di sofa." Pintaku. Â
Malam pun semakin larut angin bertiup menyiur lambai menyambangi setiap insan yang tengah asyik dibuai oleh mimpi indah. Tampak kelap-kelip bintang bertabur cahaya benderang menghiasi bumi, seakan menambah keharmonisan malam yang mendambakan datangnya sang rembulan. Â
Aku tengadahkan wajahku ke langit dan kutatap sekumpulan bintang-bintang kecil yang seakan menyapaku. Aku baringkan tubuhku di atas sofa beralaskan kasur tipis mencoba untuk tidur, namun belum sempat mataku terpejam, terdengar suara isak tangis seseorang yang tengah meratapi sesuatu.Â