"Main kemana aja deh yang penting tidak pulang ke rumah, bete nih." sejenak Rani terdiam.
"Aduh ..., sorry deh Sa, sepertinya tidak bisa, hari ini aku ada les piano." ungkap Rani. "Ya sudah tidak apa-apa." Â Sedikit kecewa.
"Oh iya, gimana kalau kamu ikut bergabung dengan band musikku nanti, kamu bisa menjadi backing vokal kami, aku pernah mendengar kamu bernyanyi dan suaramu bagus." kata Rani, berharap agar aku dapat ikut di band musiknya.
"Aku pikir-pikir dulu deh Ran"! tolakku halus. Tiba-tiba datanglah Mercedes hitam menghampiri kami.
"Nah itu jemputanku sudah datang, aku pulang dulu ya, jangan lupa DM aku ya". "Iya!" jawabku sambil melambaikan tangan ke padanya yang pergi dengan mobil jemputannya.
Kulangkahkan kembali kakiku untuk pulang meski terasa berat namun aku berusaha untuk bertahan, sesampainya di halaman rumah  langkahku terhenti, seperti biasa kuamati setiap sudut rumah memastikan tidak terjadi apa apa, dengan perlahan aku berjalan masuk dan membuka pintu rumah. "Prak" terdengar suara piring pecah, seperti yang sudah aku duga, ayah dan bunda kembali ribut bertengkar, kulihat piring dan gelas pecah berserakan dilantai.
"Pergi dan tinggalkan rumah ini, aku tidak sudi lagi." Teriak bunda pada ayah. Pertengkaran keduanya terhenti saat aku memasuki rumah. Lalu ayah menoleh dan menatapku.
"Masuk kamar sana!" ayah memintaku untuk tidak melihat pertengkaran keduanya. Aku berlari menuju kamar tanpa mengeluarkan sepatah katapun, aku menangis sejadi-jadinya. Pertengkaran ayah dan bunda kembali berkecamuk. Aku berusaha menutup telinga mencoba untuk tidak mendengar pertengkaran mereka, namun sa-sia saja, mereka terus bertengkar satu sama lain saling melontarkan cacian makian. Aku berontak dan keluar dari kamarku lalu berteriak
"Diaaaaam .....!" teriakku lantang. "Sampai kapan ayah dan bunda akan terus seperti ini, Salsa muak 'Yah, Salsa capek mendengar kalian berdua bertengkar terus. Salsa tidak tahan lagi 'Yah, jika ayah dan bunda seperti ini terus, Salsa akan meninggalkan rumah." ancamku pada keduanya. Aku berlari menuju kamar. Air mataku terus mengalir membasahi pipi, sambil menangis kukemasi barang-barangku lalu pergi meninggalkan rumah.
"Salsa mau kemana kamu,?" tanya ayah.
"Salsa mau pergi 'Yah," jawabku Â