Itulah keadaan di bulan Desember 2019 dengan musim kemarau cukup panjang tapi keadaan mendekat akhir tahun mengubah unsur cuaca di atmosfer beberapa wilayah Indonesia mulai masuk awal musim penghujan. Jadi tidaklah heran jika kekhawatiran akan guyuran hujan seperti selalu membayangi, tapi jika itupun terjadi sudah jadi resiko sebagai bagian dari konsekuensinya.Â
Mengantisipasinya pun dengan bergegas berangkat pagi pagi sekali, agar terhindar dari tetesan air langit sebelum mulai siang menjelang membawa udara dingin pun terkumpul naik menjadi proses bagian dari kondensasi lalu tidak lama perbedaan tekanan ketinggian memaksa tingkat kejenuhan tinggi maka terjadilah orografis di ketinggian.
Empat orang, dua sepeda motor kami temui di sekitar pondokan, ternyata sepasang suami-istri, bersama si pengangkut kayu hutan hasil tebangan di kawasan zona penyangga sepertinya. Â
Mengisi persedian air, berbagi cemilan, memulai pertanyaan, saling mengenali satu sama lain walau singkat, menjadi suasana mendekatkan diri lainnya, tidak lupa beberapa saran melepaskan tiga rekatnya pacet di kaki dengan garam atau tembakau melengkapi hari itu yang sesaat setelahnya hujan pun turun tepat pukul 12.00 WITA.Â
Bersamaan pula kemunculan dua lelaki belanda dari jalur Oi Bura tiba juga akhirnya, namun mereka memilih tetap melanjutkan langkahnya menghiraukan guyuran air membasahi di badan.Â
Jadi rute berbeda dua jalur Pancasila dan Oi Bura bertemu di Pos 1, hanya saja ternyata kami mendahului sampai, kesimpulannya tidak memutar namun jauh lebih singkat memangkas waktu ketimbang Oi Bura dengan jasa ojek atau sampai titik terdekat (Kampung Bali), itupun masih harus berjalan menanjak pada kondisi cerukan jejak gilasan roda dua sepanjang jalan, dan terkadang mengalah saat harus berpapasan arah naik atau turun. Tepat pukul 13.00 WITA hujan mereda sesaat kami putuskan cukup aman melanjutkan perjalanan.