“Satu? Sister sendiri?”
“Tidak. Ayah kita. Tuhan sendiri langsung yang mengajar kita. Beliau Guru kita”
Lagi-lagi, aku jadi salah tingkah. Mata dan tanganku mencari-cari sesuatu yang bisa kuraih untuk menutupi ketidakmengertianku. Mau minum lagi, tapi air putih dalam gelas aqua itu sudah kuhabiskan waktu tersedak tadi. Sepertinya Sister tahu hal ini. Ia berdiri dan mengambilkanku segelas lagi. Diulurkannya padaku gelas aqua yang sudah dibantu menusukkan sedotannya. Aku minum lagi.
Hmm…pantas saja mereka menamakannya Padhepokan Tuhan. Karena menurut mereka, Yang Mengajar adalah Tuhan sendiri. Lantas, apakah aku, Raidha, kemudian memutuskan untuk menjadi murid Tuhan, Sang Ayah? (Nantikan tulisan berikutnya!)
Salam bahagia dan terus berkarya!
Sebelumnya: Jejak Para Brahmana (1)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H