"Silahkan, Pak. Mesjid kami di depan sana. Ketemu pertigaan, belok ke kiri. Terus sampai ke ujung. Sampai ketemu nanti di Mesjid, ya," ujar pria itu ramah.
Orang-orang itupun kembali berjalan.
Aku balik ke mobil.
"Ayo Bun, kita ke mesjid dulu. Istirahat sejenak dan santap sahur."
"Alhamdulillaah. Kita telah selamat dari segala marabahaya," ujar istri sambil memandu mobil ke arah yang kutunjukkan tadi.
Si Sulung kembali tertidur karena kelelahan. Sementara si tengah asik memainkan hp. Sedangkan si bungsu, sama sekali tidak pernah terbangun sejak tadi.
Ketika sampai di mesjid, hp-ku berdering. Aku lihat layar, rupanya telpon masuk dari nomor yang tidak tersimpan.
"Halo, maaf, ini Pak Arfi? Perkenalkan, Saya Sudjiwa. Mantan pemilik mobil yang sekarang Bapak pakai. Saya dapat nomor telpon Bapak dari showroom."
"Maaf, Pak. Ada barang berharga saya yang masih ketinggalan di mobil itu. Saya mau mengambilnya lagi. Posisi Bapak di mana sekarang?"
Aku terdiam, kemudian langsung teringat dengan kedua jimat tadi.
-Bersambung-