"Makasih ya!" Teriakku.
"Aduhhh.. mas Ansen." celetuk Pak Yatno pemilik warung tenda. "Baru lagi nih yee."
"Apaan sih, Pak. Kaya nggak tahu saya aja!"
"Oh.. iya sih beda kalo dibanding sama yang mas Ansen ajak kemarin. Tapi sih, neng Denia baik orangnya, ramah."
Oh, Denia namanya. Entah apalagi yang diucapkan pak Yatno saat itu, aku sudah tidak peduli dan tidak mendengarnya. Aku hanya manggut-manggut dan senyum-senyum seolah setuju dengan pendapatnya. Padahal, diam-diam aku sedang mendengarkan detak jantungku sendiri.
***
![5d93a515f829c8535bc5849af1b188f2-61c1a3e317e4ac5f7a0648a2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/12/21/5d93a515f829c8535bc5849af1b188f2-61c1a3e317e4ac5f7a0648a2.jpg?t=o&v=555)